LATAR HISTORIS PEMIKIRAN KARL MARX
Riwayat Hidup Karl
Marx
Karl Marx,
lahir di bulan Mei 1818 di Trier, Jerman. Ayahnya seorang pengacara yang
beberapa tahun sebelumnya pindah agama Yahudi menjadi Kristen Protestan. Pada
masa-masa kuliahnya di Universitas Bonn, ia berada dibawah pengaruh Hegel, dan
memepelajari filsafat bukannya hukum yang lebih diinginkan ayahnya. Selama
hampir setahun ia menjadi pimpinan redaksi sebuah harian radikal 1843, sesudah
harian itu dilarang oleh pemerintah Prussia, ia kawin dengan Jenny Von
Westphalen, putri seorang bangsawan, dan pindah ke Paris. Di sana ia tidak
hanya berkenalan dengan Friedrich Engels (1820-1895) yang akan menjadi teman
akrab dan “penerjemah” teori-teorinya melainkan juga dengan tokoh-tokoh sosialis
Perancis. Dari seorang liberal radikal ia menjadi seorang sosialis. Beberapa
tulisan penting berasal waktu 1845, atas permintaan pemerintah Prussia, ia
diusir oleh pemerintah Perancis dan pindah ke Brussel di Belgia. Dalam
tahun-tahun ini ia mengembangkan teorinya yang definitif. Ia dan Engels
terlibat dalam macam-macam kegiatan kelompok-kelompok sosialis. Bersama dengan
Engels ia menulis Manifesto Komunis yang terbit bulan Januari 1848. Sebelum
kemudian pecahlah apa yang disebut revolusi’48, semula di Perancis, kemudian
juga di Prussia dan Austria. Marx kembali ke Jerman secara ilegal.
Tetapi
revolusi itu akhirnya gagal. Karena diusir dari Belgia, Marx akhirnya pindah ke
London dimana ia akan menetap untuk sisa hidupnya. Di London mulai tahap baru
dalam hidup Marx. Aksi-aksi praktis dan revolusioner ditinggalkan dan perhatian
dipusatkannya pada pekerjaan terories, terutama pada studi ilmu ekonomi.
Tahun-tahun itu merupakan tahun-tahun paling gelap dalam kehidupannya. Ia tidak
mempunyai sumber pendapatan yang tetap dan hidup dari kiriman uang
sewaktu-waktu dari Engels. Keluarganya miskin dan sering kelaparan. Karena
sikapnya yang sombong dan otoriter, hampir semua bekas kawan terasing
daripadanya. Akhirnya, baru 1867, terbit jilid pertama Das Kapital, karya utama
Marx yang memuat kritiknya terhadap kapitalisme (jilid kedua dan ketiga baru
diterbitkan oleh Engels sesudah Marx meninggal). Tahun-tahun terakhir hidupnya
amat sepi dan tahun 1883 ia meninggal dunia. Hanya delapan orang yang
menghadiri pemakamannya.
Manifesto Komunis
Masyarakat
borjuis modern yang muncul dari keruntuhan masyarakat feodal tidak
menyingkirkan antagonisme kelas itu. Malah ia memunculkan kelas-kelas baru,
kondisi baru untuk melakukan tekanan, bentuk-bentuk baru persaingan dengan
menggantikan yang lama. Borjuis menempatkan negeri di tangan penguasa kota. Ia
telah menciptakan kota-kota besar, telah banyak menambah penduduk kota
dibanding penduduk pedesaan dan dengan demikian menyelamatkan sebagian besar
penduduk dari kehidupan desa yang bodoh. Persis sperti yang berlaku bagi
sesuatu negeri dengan ketergantungan pada kota, borjuis itu telah pula membuat
negeri-negeri barbar dan semi barbar bergantung pada negeri beradab, bangsa
petani (bergantung pada) bangsa borjuis, timur pada barat. Senjata yang
dipergunakan borjuis untuk merobohkan feodalisme, ini dipergunakan untuk
borjuis itu sendiri. Akan tetapi bukan saja borjuis itu mengumpulkan senjata
untuk membunuh dirinya sendiri, ia juga membunuh orang-orang yang mengadakan
senjata tersebut yaitu kelas pekerja modern dikalangan proletar. Dengan
perkembangan industri, proletar bukan saja bertambah jumlahnya, ia berkumpul
dalam kumpulan yang tambah besar, kekuatannya berkembang dan ia merasakan
kekuatannya yang bertambah itupun mulai membentuk kombinasi (organisasi buruh)
melawan borjuis. Di sana-sini pertentangan berkobar dan berkembang menjadi
kerusuhan.
Sejarah Materialisme
dan Dialektika
Pandangan
materialis sejarah adalah teori Karl Marx tentang hukum perkembangan
masyarakat. Inti pandangan ini ialah bahwa perkembangan masyarakat ditentukan
oleh bidang produksi. Bidang ekonomi adalah basis, sedangkan dua dimensi
kehidupan masyarakat lainnya, institusi-institusi sosial, terutama negara, dan
bentuk-bentuk kesadaran sosial merupakan bangunan atas.
Oleh
karena faktor penentu adalah basis, maka harus memperhatikan dahulu bidang
ekonomi. Ciri yang menurut Marx paling menentukan bagi semua bentuk ekonomi
sampai sekarang adalah pemisahan antara para pemilik dan pekerja. Masyarakat
terdiri dari kelas-kelas sosial yang membedakan diri satu sama lain berdasarkan
kedudukan dan fungsi masing-masing dalam proses produksi. Pada garis besarnya
(terutama semakin produksi masyarakat mendekati pola kapitalis) kelas-kelas
sosial termasuk salah satu dari dua kelompok kelas. Yaitu kelas-kelas pemilik
dan kelas-kelas pekerja. Yang pertama memiliki sarana-sarana kerja, sedangkan
yang kedua hanya memiliki tenaga kerja mereka sendiri. Oleh karena kelas-kelas
pemilik begitu berkuasa. Misalnya para pemilik tanah mengontrol para buruh
tani. Itu berarti bahwa para pemilik dapat menghisap tenaga kerja para pekerja,
jadi mereka hidup dari penghisapan tenaga mereka yang harus bekerja.
Kelas-kelas pemilik merupakan kelas-kelas atas dan dan kelas-kelas pekerja
merupakan kelas-kelas bawah dalam masyarakat. Jadi menurut Marx ciri khas semua
pola masyarakat sampai sekarang ialah, bahwa masyarakat dibagi ke dalam
kelas-kelas atas dan bawah. Struktur ekonomi tersusun sedemikian rupa hingga
yang pertama dapat hidup dari penghisapan tenaga kerja yang kedua.
Bangunan
atas mencerminkan keadaan itu. Negara adalah alat kelas-kelas atas untuk
menjamin kedudukan mereka, jadi untuk seperlunya menindas usaha kelas-kelas
bawah untuk membebaskan diri dari penghisapan oleh kelas-kelas atas sedangkan
“bangunan atas idealis” istilah Marxis bagi agama, filsafat,
pandangan-pandangan moral, hukum, estetis dan lain sebagainya berfungsi untuk
memberikan legitimasi pada hubungan kekuasaan itu. Jadi Marx menolak paham
bahwa negara mewakili kepentingan seluruh masyarakat. Negara dikuasai oleh dan
berpihak pada kelas-kelas atas, meskipun kadang-kadang juga menguntungkan
kelas-kelas bawah. Walaupun negara mengatakan ia adalah milik semua golongan
dan bahwa kebijaksanaannya demi kepentingan seluruh masyarakat namun sebenarnya
negara melindungi kepentingan kelas atas ekonomis. Maka negara menurut Marx
termasuk lawan kelas-kelas bawah. Negara bukan milik dan bukan kepentingan
mereka. Dari negara mereka tidak dapat mengharapkan sesuatu yang baik. Seperti
halnya negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma-norma moral
dan hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada dirinya
sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan kedudukan
kelas atas.
Seperti
halnya negara, begitu pula agama, filsafat, pandangan tentang norma-norma
moral, serta hukum dan sebagainya menurut Marx tidak mempunyai kebenaran pada
dirinya sendiri, melainkan hanya berfungsi untuk melegitimasikan kepentingan
kedudukan kelas atas. Cara suatu masyarakat berfikir, apa yang dianggapnya
sebagai baik, bernilai, dan masuk akal, menurut Marx ditentukan oleh
kelas-kelas yang menguasai masyarakat. Maka bentuk-bentuk kesadaran sosial itu
menurut kekhasan masing-masing, mengemukakan sebagai baik bagi seluruh
masyarakat apa yang sebenarnya hanya baik bagi kelas-kelas atas. “Bangunan atas
ideologis” itu menciptakan kesan bahwa kesediaan masing-masing kelas untuk
menerima kedudukannya dalam masyarakat adalah sesuatu yang baik dan rasional.
Jadi fungsinya ialah membuat kelas-kelas bawah bersedia untuk menerima
kedudukan mereka sebagai kelas-kelas bawah.
Bila
tingkat produksi tadi yang diambil sebagai tesis, dan mulai dengan tingkat
feodalisme (jadi ini merupakan tesis). Anti tesisnya adalah tingkat produksi
borjuis atau kapitalisme, sintesisnya nanti adalah tingkat produksi sosialisme.
Teori dialektika dengan tesis, antitesis, dan sintesis dapat diharapkan baik dalam
hubungan dengan kelas-kelas itu, maupun pada tingkat-tingkat produksi itu
sendiri. Demikian tesis golongan bangsawan (di Abad Tengah) menimbulkan
antitesis golongan peminjam tanah, tetapi keduanya ini menumbuhkan sintesis
golongan borjuis. Ini merupakan tesis kembali dan antitesisnya ialah golongan
pekerja, sintesisnya ialah manusia komunis yang terdapat dalam masyarakat
komunisme. Dengan demikian maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari
kelas penguasa (berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasa (tidak berpunya).
Negara dan pemerintahan identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas
berpunya, berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik
budak, kelas bangsawan (atau tuan tanah), kelas borjuasi. Soal hak dan
keadilan, oleh sebab itu adalah sekedar ucapan penghias bibir dari pihak yang
berkuasa.
Dialektika
Marx sebenarnya mengemukakan bahwa perkembangan masyarakat feodalisme ke
masyarakat borjuasi atau kapitalisme dan seterusnya ke msyarakat sosialisme
merupakan suatu kelanjutan yang tidak dapat dielakkan. Tetapi ini tidak berarti
bahwa manusia berdiam diri saja dengan menanti perkembangan itu berjalan
sebagaimana maunya. Kelas-kelas itu sendiri adalah kelas-kelas yang berjuang
untuk kelasnya, jadi manusia yang dilihat Marx adalah manusia yang berbuat.
Bagi Marx masalah pokok bukanlah memahami sejarah atau dunia ini, melainkan
bagaimana mengubahnya. “manusia membuat sejarahnya sendiri”.
Oleh sebab
itu, maka revolusi yang digambarkan oleh Marx itu terdiri dari dua tahap. Tahap
pertama adalah revolusi yang dipelopori oleh golongan Borjuis yang hendak
menghancurkan feodal. Tahap kedua adalah revolusi yang dilakukan oleh kelas
pekerja dalam menghancurkan golongan borjuis. Dengan lenyapnya kelas borjuis,
fungsi pemerintahan tidak lagi mempunyai sifat politik. Kelas pekerja yang
memegang kekuasaan itu pun tidak lagi merupakan kelas, sehingga tidak ada kelas
yang ditindas dan negara akan lenyap. Masing-masing orang akan melakukan
kewajibannya sesuai dengan kesanggupannya. Orang bekerja bukan karena ingin
mencukupi nafkah tapi karena panggilan hati. Oleh karena itu tiap orang
memberikan sumbangan sesuai dengan kesanggupannya. Pada saat ini tingkat
produksi menjadi berlimpah, dan pendapatan tidak lagi berupa upah, melainkan
bergantung pada keperluan manusia yang bersangkutan.
Teori Nilai Lebih
Dalam
memahami teori Marx tentang masyarakat dan negara tidak boleh dilupakan sama
sekali teorinya di bidang ekonomi. Teori ekonominya itu berupa teori nilai
berdasar pada tenaga, teori nilai lebih, teori akumulasi kapital, teori
konsentrasi kapital dan teori pemiskinan semuanya pada pokoknya merupakan teori
eksploitasi untuk memperlihatkan bahwa golongan berpunya hidup dari tenaga
golongan tidak berpunya. Tentu saja teori demikian ini timbul dalam pemikiran
Marx setelah melihat masyarakat yang dihadapinya, sekurang-kurangnya mengingat
masyarakat yang telah berupa negara. Marx berpendapat bahwa pada mulanya, dalam
kehidupan primitif komunal dimana alat-alat produksi dimiliki bersama,
pengisapan manusia oleh manusia tidak didapati. Kelas masyarakat tidak ada,
penindasan pun tidak pula. Masyarakat pun tidak mengenal kekuasaan, dan oleh
karena itu tidak mengenal negara. Marx berpendapat bahwa bentuk negara itu
tidak selamanya ada.
Menurut
pendiri komunisme ini, maka sejarah manusia sesudah terbentuknya negara
memeperlihatkan empat tingkatan produksi. Produksi berdasar perhambaan,
feodalisme, produksi kapitalis atau borjuasi dan produksi sosialisme. Sesuai
pendapatnya tentang unerbau dan oberbau diatas, maka dalam tingkat-tingkat
produksi kapitalisme atau borjuasi pembagian kelas itu lebih sederhana, yang
terpenting ialah kelas-kelas yang bertentangan: kelas borjuasi atau kapitalis
dan kelas pekerja. Teori dialektika dengan tesis, anti tesis, dan sintesis dapat
diterapkan baik dalam hubungan dengan kelas-kelas itu, maupun pada
tingkat-tingkat produksi itu sendiri. Demikianlah tesis golongan bangsawan (di
abad tengah) menimbulkan anti tesis golongan peminjam tanah, tetapi keduanya
ini menumbuhkan sintesis golongan borjuis. Hal itu merupakan tesis kembali dan
anti tesis ialah golongan pekerja, sintesisnya ialah manusia komunis yang
terdapat dalam masyarakat komunisme.
Bila
tingkat produksi diambil sebagai tesis, dan kita mulai dengan tingkat
feodalisme (merupakan tesis), maka anti tesisnya ialah tingkat produksi borjuis
atau kapitalisme, sintesisnya adalah tingkat produksi sosialisme. Dengan
demikian, maka Marx melihat negara sebagai alat belaka dari kelas penguasa
(berpunya) untuk menindas kelas yang dikuasai (yang tidak berpunya). Negara dan
pemerintahan identik dengan kelas penguasa, artinya dengan kelas berpunya,
berturut-turut dalam sejarah umat manusia dikenal kelas pemilik budak, kelas
bangsawan (atau tuan tanah), kelas borjuis. Soal hak dan keadilan, oleh karena
itu adalah sekedar ucapan penghias bibir
Komunisme dan
Masyarakat Tanpa Kelas
Yang
dimaksud Marx dengan komunisme bukanlah sebuah kapitalisme negara, jadi dimana
hak milik diadministrasikan oleh negara. Marx mengatakan bahwa hanya pada
permulaan, sosialisasi berarti nasionaliasasi- jadi negara mengambil alih hak
milik pribadi. Ciri-ciri masyarakat komunis adalah penghapusan hak milik
pribadi atas alat-alat produksi penghapus adanya kelas-kelas sosial,
menghilangnya negara, penghapusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak perlu
dihapus secara khusus sesudah kelas kapitalis ditiadakan karena kapitalis
sendiri sudah menghapus semua kelas, sehingga hanya tinggal proletariat. Itulah
sebabnya revolusi sosialis tidak akan menghasilkan mesyarakat dengan kelas atas
dan kelas bawah.
Marx tidak
pernah menguraikan bagaimana ia membayangkan organisasi masyarakat sesudah
penghapusan hak milik pribadi. Ia hanya berbicara secara umum dan abstrak.
Satu-satunya tempat ia berbicara banyak dengan agak romantis (dan bertolak dari
sebuah teks Feuerbach) adalah dalam German Ideology: “Dalam masyarakat komunis
amsing-masing orang tidak terbatas pada bidang kegiatan ekslusif, melainkan
dapat mencapai kecakapan dalam bidang apapun, masyarakat mengatur produksi
umum, dengan memungkinkan hal ini saya kerjakan hari ini, hal itu besok, pagi
hari berburu, siang hari memancing ikan, sore hari memelihara ternak, sesudah
makan mengkritik….” (MEW 3,33).
Marx
mempergunakan istilah sosialisme dan komunisme dalam arti yang sama, yaitu
keadaan masyarakat sesudah penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat
produksi. Langkah pertama adalah kediktatoran proletariat dan sosialisme
negara, lalu sesudah kapitalisme dihancurkan, negara semakin kehilangan
fungsinya. Sosialisme tercapai apabila tidak ada lagi sedangkan negara komunis
yang dimaksud Marx adalah bahwa negara bukan hanya menghilang bahkan menjadi
maha kuasa.
Analisis
Salah satu
alasan mengapa Marx menjadi tokoh yang begitu penting ialah karena ia mewakili
suatu campuran intelektual yang berhasil dalam politik, yang memandang dunia
dengan perasaan dingin dan mencari suatu masa depan yang lebih bermoral dan
lebih bebas bagi manusia; politisi praktis yang terlibat dalam konflik-konflik
dengan musuh-musuh politiknya, kanan dan kiri; serta profesional yang
mengembangkan suatu teori perubahan ilmiah aeperti materialisme dialektika. Serangan
utama Marx difokuskan pada kapitalisme dan liberalisme politik, terutama karena
dalam permulaan abad ke-19, telah nyata bahwa sistem liberal dapat berjalan.
Secara fundamental, pengandaian-pengandaian abad ke-19 timbul dari
kontradiksi-kontradiksi luar biasa dalam kapitalisme industri, yang tidak cukup
dipahami oleh para teoritisi. Kontrak sosial terdahulu dan yang menimbulkan hal-hal
yang tidak mampu ditangani baik oleh teori hak alamiah, maupun oleh penegasan
kembali secara sederhana asas-asas moral publik (Apter, 1996: 104).
Bila
paradigma sosialis ingin berhasil dalam menentang paradigma liberal, maka
secara intelektual ia harus kuat. Memang, ia harus menangani secara teoritis
apa yang tidak mampu ditangani oleh paradigma liberal, yaitu masalah konflik
dan polarisasi kelas. Marx mengakui bahwa evolusi mengikuti suatu garis
lengkung tertentu, tetapi bukan dalam cara-cara mudah atau segera. Rakyat perlu
berusaha mewujudkan hasil revolusioner dengan menyadari peranan mereka dalam
sejarah sebagai satu kelas. Jadi alam, kebebasan, pemerintahan, ilmu
pengetahuan, dan hukum dinamis dari perkembangan industri dipadukan oleh Marx
dalam sebuah sintesa revolusioner (Apter, 1966:123). Pandangan Marx mengenai
Materialisme Dialektika, ia memadukan suatu yang empiris dengan yang deduktif
dalam rumusan sejarah yang dinamakan materialisme dialektika. Materialisme
dalam masalah manusia mengacu pada proses ekonomi dan cara produksinya.
Hipotesa Marx adalah bahwa ketimpangan akan tumbuh bersama dengan
produktivitasnya, ketika suatu lompatan besar pada karakter teknologi akan
memungkinkan untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, suatu keadaan yang berlebihan,
bukan kelangkaan. Tetapi apa yang paling ditekankan oleh Marx, bukanlah aspek
moral kondisi-kondisi sosial pada kekejaman kapitalisme melainkan ia berusaha
menjelaskan bagaimana dialektika, jika diterapkan pada cara produksi, akan
mengungkapkan cara kerja dinamika pertukaran, yang di bawah kapitalisme
menghasilkan nilai-lebih atau keuntungan, dalam menggerogoti kapitalisme itu
sendiri.
Marx dan
Engels menggabungkan sejumlah unsur intelektual yang berlainan sebagai garis
pemisah radikalisme. Marx berusaha menjadikan radikalisme kurang sebagai visi,
dan lebih merupakan ilmu pengetahuan tentang sosialime dengan menerapkan suatu
interpretasi sejarah yang khusus. Kini, tekanan perhatian dari pra-Marxis
menjadi bagian diskusi atau perdebatan seksama mengenai bagaimana mendorong
bentuk-bentuk politik baru. Rancangan-rancangan masa kini meliputi usaha
mencari ide-ide generatif baru, yang telah timbul bukan hanya dari
penolakan-penolakan terhadap teori-teori yang lebih utilitarian, tetapi juga
dari pengalaman-pengalaman dengan sosialisme otokratis dan ekses-ekses
stalinisme. Marx telah menjadi seorang monopolis yang berhasil dalam lingkungan
ide-ide sosialis (Apter, 1996: 106 dan 111).
Bagi Marx
perhatian pada kebebasan manusia menjadi masalah bagaimana orang menjadi tidak
teralienasi secara sosial. Hal ini merupakan proses yang membutuhkan bentuk
ekonomi khusus yakni sosialisme; suatu kondisi perkembangan khusus-suatu
pemahaman bahwa rantai yang membelenggu rakyat adalah politik dan bahwa hal itu
diakibatkan oleh dominasi kelas. Marx mengemukakan (1) metode penafsiran
sejarah, dan (2) penerapan metode itu tujuan khusus.
PETA PEMIKIRAN KARL MARX (1818-1883):
MATERIALISME DIALEKTIKA & MATERIALISME HISTORIS
Karl Marx dalam Lintasan
Sejarah
Karl Marx, pelopor utama gagasan “sosialisme ilmiah” dilahirkan
tahun 1818 di kota Trier, ayahnya ahli hukum dan diumur tujuh belas tahun Karl
Marx masuk Universitas Bonn, juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke
Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar doktor dalam ilmu filsafat dari
Universitas Jena. Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia
jumalistik dan sebentar menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne.
Tapi pandangan politiknya yang radikal menyeretnya kedalam kesulitan dan
memaksanya pindah ke Paris. Disitulah dia mula pertama bertemu dengan Freidrich
Engels. Tali persahabatan dan persamaan pandangan politiknya mengikat kedua
orang ini selalu dwi tunggal hingga akhir hayatnya. Karl Marx tak bisa lama
tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan pindah ke Brussel.
Di kota inilah, tahun 1847, dia pertama kali menerbitkan buah
pikirannya yang penting dan besar The Poverty of Philoshophy (Kemiskinan
Filsafat). Tahun berikutnya bersama dengan Freidrich Engels mereka menerbitkan Communist
Manifesto, buku yang akhimya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Karl
Marx kembaJi ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana hanya selang beberapa
bulan. Sehabis terusir dari sana-sini, akhimya Marx menyeberang selat Canal dan
menetap di London hingga akhir hayatnya.
Meskipun hanya sedikit uang dikoceknya berkat pekerjaan jumalistik,
Marx menghabiskan sejumlah besar waktunya di London melakukan penyelidikan dan
menulis buku-buku tentang politik dan ekonomi. (di tahun-tahun itu Marx dan
familinya mendapat bantuan dari Freidrich Engels kawan karibnya). Jilid pertama
Das Kapital, karya i1miah Marx terpenting terbit tahun 1867. Tatkala
Marx meninggal di tahun 1883, kedua jilid sambungannya belum sepenuhnya
rampung. Kedua jilid sambunganya itu disusun dan diterbitkan oleh Engels
berpegang pada cacatan-catatan dan naskah yang ditinggalkan Marx. Karya tulisan
Marx merumuskan dasar teoretis komunisme. Ditilik dari perkembangan luar biasa
gerakan ini di abad ke-20. Komunisme mempunyai am penting jangka panjang dalam
sejarah. Sejak timbulnya komunisme sebagai bagian tak terpisahkan dari masa
kini, terasa sedikit sulit menentukan dengan cermat perspektif masa depannya.
Kendati tak seorangpun sanggup memastikan seberapa jauh Komunisme bisa
berkembang dan seberapa lama ideologi ini bisa bertahan, yang sudah pasti dia
merupakan ideologi kuat dan tangguh serta berakar kuat menghujam ke Bumi, dan
sudah bisa dipastikan punya pengaruh besar di dunia untuk paling sedikit
beberapa abad mendatang.
Pada saat ini sekitar seabad sesudah kematian Marx jumlah manusia yang
sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme mendekati angka 1,3 Milyar banyaknya.
Jumlah penganut ini lebih besar dari penganut ideologi manapun sepanjang
sejarah manusia. Bukan sekedar jumlahnya yang mutlak, melainkan sebagai
kelompok dari keseluruhan penduduk dunia. Ini mengakibatkan kaum komunis dan
juga sebagian yang bukan komunis percaya bahwa, di masa depan tidak bisa tidak
Marxisme akan merebut kemenangan diseluruh dunia Namun, adalah sukar untuk
memantapkan kebenarannya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan. Telah banyak
contoh-contoh ideologi yang tampaknya sangat punya pengaruh penting pada
jamannya tapi akhimya melayu dan sirna. (Agama yang didirikan oleh Mani bisa
dijadikan misal yang menarik). Jika kita surut ke tahun 1900, akan tampak jelas
bahwa demokrasi konstitusional merupakan arus yang akan menjadi anutan masa
depan.
Komunisme
Menyangkut komunisme, seseorang sangat percaya dan tahu persis betapa
hebatnya pengaruh komunisme di dunia saat ini dan dunia masa depan, Orang pasti
masih mempertanyakan arti penting Karl Marx di dalam gerakan komunis.
Pemerintah Uni Soviet sekarang tidak terawasi oleh karya karya Mark yang
menulis dasar dasar pikiran sepem dialektika gaya Hegel dan tentang teori
"nilai lebih", Teori teori itu kelihatan kecil pengaruhnya dalam
praktek perputaran roda politik pemerintah Uni Soviet, baik politik dalam
maupun luar negeri.
Komunisme masa kini menitik beratkan empat ide: (1) Sekelumit kecil
orang hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat
banyak jumlahnya bergelimang papa sengsara, (2) Cara untuk merombak
ketidakadilan ini adalah dengan jalan melaksanakan sistem sosialis, yaitu
sistem dimana alat produksi dikuasai negara dan bukannya oleh pribadi swasta,
(3) Pada umumnya, satu-satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem
sosialis ini adalah lewat revousi kekerasan, (4) Untuk menjaga kelanggengan
sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis dalam jangka
waktu yang memadai.
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx,
sedangkan ide yang keempat berasal dari gagasan Marx mengenai "diktatur
proletariat", sementara itu lamanya berlaku kediktatoran Soviet sekarang
lebih merupakan langkah-Iangkah Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx,
Hal ini nampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh Marx dalam Komunisme
lebih kecil dari kenyataan sebenamya, dan penghagaan orang-orang terhadap
tulisantulisannya lebih menyerupai etalase untuk membenarkan sifat
"keilmiahan" dari pada ide dan politik yang sudah terlaksana dan
diterima.
Sering dituding bahwa teori Marxis dibidang ekonomi sangatlah buruk dan
banyak keliru. Tentu saja banyak dugaan-dugaan tertentu Marx terbukti meleset
Misalnya Marx meramalkan bahwa dalam negeri-negeri kapitalis kaum buruh akan
semakin melarat dalam pengalanan sang waktu. Jelaslah bahwa ramalan ini tidak
terbukti. Marx juga meramalkan bahwa kaum menengah akan disapu dan sebagian
basar orangnya akan masuk kedalam golongan proletar dan hanya sedikit yang bisa
bangkit dan masuk dalam kelas kapitalis. Ini pun jelas tak terbukti. Marx
tampaknya juga percaya, meningkatnya mekanisasi akan mengurangi keuntungan
kapitalis, kepercayaan yang bukan saja salah tetapi juga tampak tolol. Tapi
lepas apakah teori ekonomi benar atau salah, semua itu tidak ada sangkut
pautnya dengan pengaruh Marx. Arti penting filosof bukan terletak pada kebenaran
pendapatnya tetapi terletak pada masalah apakah buah pikirannya telah
menggerakkan orang untuk bertindak atau tidak. Diukur dari sudut ini, tak perlu
diragukan lagi bahwa Marx punya arti penting dalam perkembangan sejarah
masyarakat.
Hakekat Manusia Menurut Karl Marx
Pendirian Marx tentang hakekat manusia sanagat menentukan jawaban yang
diberikannya terhadap masalah, seperti, "Apakah negara itu? Dan
"Apakah sejarah itu? Dipapakan oleh Louis O. Kattsoff tentang hakekat
manusia dalam penyelesaian materialisme historis, yaitu; (1) hakekat manusia
adalah berubah-rubah, manusia selalu berubah secara dialektis dan historis, (2)
hakekat manusia adalah tingkah laku, manusia ialah apa yang mereka kerjakan,
(3) hakekat manusia adalah menguasai dan merencanakan, manusia mengubah sejarah
dengan teknologinya dan ia juga mengubah dirinya sendiri, (4) hakekat manusia
ditentukan oleh alat-alat produksi, orang dapat membayangkan betapa pentingnya
menguasasi alat produksi bagi penganut Marxisme. Sebab, manusia ialah apa yang
mereka kerjakan, dan yang mereka kerjakan ditentukan oleh cara-cara produksi,
maka menguasai alat-alat produksi berarti menguasai hakikat manusia.
Keterasingan & Emansipasi Manusia
Marx meletakkan dasar emasipasi atas keterasingan manusia pada tiga
hal: Pertama, emansipasi atas keterasingan manusia Karl Marx berangkat
dari kritik terhadap hukum negara Hegel. Hegel melukiskan masyarakat sebagai
kacau balau, sebagai bellum omnium contra omnes (perang semua lawan
semua) karena satu-satunya hukum batinnya adalah pemuasan kebutuhan
individu-individu. Masyarakat semacam itu mesti menghancurkan diri sendiri
karena semua anggota hanya mencari kepentingan egois mereka masing-masing. Oleh
karena itu masyarakat tidak boleh dibiarkan begitu saja, tetapi harus ditampung
oleh negara. Maka, Hegel menganggap negara sebagai realitas dan tujuan
masyarakat yang sebenamya sedangkan keluarga dan masyarakat luas ini merupakan
unsur-unsmya. Anggapan itu dikritik oleh Marx, pertama, Hegel memutar balikkan
tatanan yang sebenarnya. Bukan negara sebagai subyek yang unsur-unsurnya adalah
keluarga dan masyarakat luas, melainkan keluarga dan masyarakat luas adalah
pengandaian-pengandaian negara. Dengan sarkasme tajam Marx menulis:
"Logika ini bukan unuk membuktikan negara, melainkan negara dipakai
sebagai bukti logika". Marx mengkritik bahwa masyarakat luas merupakan
realitas yang terpisah dari negara. Masyarakat hidup dalam dunia skizofren:
Dalam masyarakat luas ia hidup sebagai individu egois terisolasi, sedangkan
hakikat sosialnya terpisah daripadanya dijadikan negara yang menghadapinya
sebagai kekuatan represif. Manusia harus memecahkan hakikatnya, eksistensi
negara sebagai pemerintah selesai tanpa anggota masyarakat, dan eksistensinya
dalam masyarakat luas selesai tanpa negara". Marx mengkritik Hegel pada
dua hal; (1) Bahwa ia memutar membalikkan subyek dan obyek: Hegel menyatakan
negara sebagai subyek dan masyarakat sebagai obyek, padahal kenyataan adalah
kebalikannya, (2) Hegel hendak mengatasi egoisme masyarakat melalui negara
sebagai penertib, hal ini berarti bahwa kesosialan (anti-egoisme) tidak masuk
kembali kedalam masyarakat, melainkan hanya dipaksakan dari luar kepadanya oleh
negara; padahal yang perlu adalah mengembalikan kesosialan manusia sendiri.
Kedua, emansipasi atas
keterasingan manusia Karl Marx berangkat dari kritik terhadap agama. Gagasan
Karl Marx tentang kritik terhadap agama bertolak dari pemikiran Feurbach
(1804-1872). Feurbach memandang Hegel sebagai puncak rasionalisme modern,
tetapi dalam suasana semacam ini dominasi agama tetap mewamai kehidupan
sehingga dunia materi khususnya "manusia" tidak ditempatkan pada
martabat semestinya. Feurbach menggariskan filsafatnya dengan corak
materialistis, tetapi nama yang lebih disukainya adalah filsafat organisme. Kecenderungan
ini timbul karena Feurbach pun tidak setuju dengan paham materialisme kasar
yang dikembangkan oleh penganut materialisme mekanis-menurut Marx materialisme
Feurbach tetap vulgar karena manusia sehakikat dengan mesin. Pada bagian ini
Marx menentang paham Feurbach, karena manusia tidak semata tergantung pada
kondisi materi, tetapi pada kondisi sosial, yaitu hidup dalam masyarakat 'social
being that it, the live of community". Disini Feurbach telah
mengabaikan corak historis serta hubungan sosial manusia. Bagi Marx agama
hanyalah pemyataan radikal manusia yang menjadi korban sistem ekonomi yang
tidak manusiawi, manusia terasing secara sosial. Kritik agama bagi Marx, adalah
sekunder. Yang seharusnya dikritik adalah keterasingan nyata manusia dalam masyarakat
modem. "Kritik surga menjadi kritik bumi, kritik agama menjadi kritik
hukum, kritik teologi menjadi kritik politik". Tuntutan emansipasi manusia
berubah membawa Marx secara konsekuen ke kritik masyarakat
Ketiga, emansipasi dari
keterasingan manusia Karl Marx berangkat dari kritik terhadap masyarakat
kapitalisme. Terjadinya masyatakat borjuis erat kaitannya dengan kapitalisme.
Hakekat masyarakat borjuis adalah uang, "pelacur umum, makcomblangnya
orang-orang dan bangsa-bangsa". Uang menjadikan manusia menjadi budak,
yang tergantung, yang ditentukan dari luar. la menjadi komoditi. Emansipasi
berarti penghapusan masyarakat seperti itu. Oleh karena itu masyakat kapitalis
berdasarkan hak milik pribadi atas alat-alat produksi, emansipasi menurut Karl
Marx hanya dapat tercapai kalau hak milik pribadi itu dihapus. Marx
menggambarkan dehumanisasi ini terjadi dibawah sistem produksi kapitalis dengan
sebulan "keterasingan" (Etfremdung). Bahwa emansipasi manusia
itu perlu diusahakan dan tercapai apabila manusia dapat mewujudkan diri secara
bebas dari heteronomi, secara sosial, bebas dari kepentingan, secara produktif.
Hubungan masyarakat dalam sistem ekonomi kapitalistik bersifat
eksploitatif.
Tendensi Akar Materialisme
Materialime dalam konteks pembahasan filsafat sering dilawankan dengan
idealisme, sebab kedua aliran (school) ini memiliki kawasan yang
bertitrik pisah dan masing-masing mempunyai ciri atau penganut dalam sejarah
kemanusiaan. Materialisme yang juga lazim disebut serba zat merupakan bagian
dari filsafat metafisika dan terutama ontologi. Zatlah yang menjadi sifat dan
keadaan terakhir kenyataan. Segala keadaan dan kejadian berasal dari metari.
Unsur dasar seluruh kenyataan adalah zat. Tendensi akar materialisme terlihat
pada filosof Ionian, dan filsafat Yunani Kuno.
Materialisme Dialektis
Materialisme dialektika timbul dari perjuangan sosial yang hebat, yang
muncul sebagai akibat dari Revolusi lndustri. Ide tersebut banyak kaitannya
dengan Karl Marx (1818-1883) dan Freidrich Engels (1820-1895), dan telah
menjadi filsafat resmi dari Rusia dan RRC; doktrin Marx dan Engels telah diberi
tafsiran dan diperluas oleh Lenin, Stalin, Mao Tse Tung dan
lain-lainnya.
Materialisme dialektik walaupun sangat menghormati sains dan menyatakan
bahwa persepsi indrawi sains memberi kita pengetahuan yang riil, adalah suatu
pendekatan dari segi politik dan sejarah dan bukan dari segi sains alam. Disitu
ditekankan pandangan bahwa perkembangan sejarah dimana materi dalam bentuk
organisasi ekonomi dalam masyarakat dianggap sebagai dasar. Dengan begitu maka
dipakai istilah: materialisme sejarah dan determinisme ekonomi.
Untuk memahami materialisme dialektik, kita harus memahami dan
menelusuri kembali ide-ide George Hegel (1770-1831). Hegel, seorang idealis
yang pikirannya banyak mempengaruhi Marx, berpendapat bahwa alam ini adalah
proses menggelarnya fikiran-fikiran. Disitu timbullah proses alam, sejarah
manusia, organisme dan kelembagaan masyarakat. Bag; Hegel, materi adalah kurang
riil dari pada jiwa, karena jiwa atau pikiran adalah esensi dari alam. Marx
menolak idealisme Hegel ia membalikkan filsafat Hegel dan mengatakan bahwa
materilah (dan bukan jiwa atau ide) yang pokok. Materi, yang khususnya
diperlihatkan oleh organisasi ekonomi dari masyarakat serta cara-cara produksi,
menentukan kelembagaan politik dan sosial dari masyarakat. Kemudian hal-hal
tersebut mempengaruhi pemikiran, filsafat, etika dan agama.
Walaupun Karl Marx dan Freidrich Engels menolak idealisme Hegel, tetapi
mereka menerima metodologi filsafatnya, hampir seluruhnya. Dunia menurut Hegel
adalah selalu dalam proses perkembangan. Proses-proses perubahan tersebut
bersifat dialektik, artinya, perubahan-perubahan itu berlangsung dengan melalui
tahap afirmasi atau tesis, pengingkaran atau antitesis dan akhimya sampai pada
integrasi atau Sintesa.
Salah satu contoh proses dialektika yang berasal dari Hegel misalnya,
menyangkut tiga bentuk negara. Bentuk negara yang pertama ialah diktatur.
disini masyarakat diatur dengan baik, tetapi warga negara tidak mempunyai
kebebasan apapun juga (tesis). Keadaan ini menampilkan lawannya: anarki
(antitesis). Dengan bentuk negara seperti ini para warga negara mempunyai
kebebasan tanpa batas, tetapi hid up kemasyarakatan menjadi kacau. Tesis dan
antitesis ini diperdamaikan dalam suatu sintesis, yaitu demokrasi konstitusional.
Dalam bentuk negara yang ketiga ini dijamin dan dibatasi oIeh undang-undang dan
kehidupan masyarakat berjalan dengan memuaskan.
Seperti semua Hegelian haluan kiri, Marx pun sangat mengagumi metode
dialektika yang diintroduksikan Hegel kedalam filsafat Tetapi dialektika
Hegel-katanya-berjalan pada kepalanya dan ia mau meletakkannya diatas kakinya.
Maksudnya ialah bahwa pada Hegel dialektika ialah dialektika pada ide, dan ia
mau menjadikannya dialektika materi. Untuk hegel dan dialektika pada umumnya, alam
merupakan buah dart roh, tetapi bagi Marx dan Engels segala sesuatu yang
bersifat rohani merupakan buah hasil materi dan bukan sebaliknya.
Dengan demikian Marx dan Engels memihak pada usaha Feuerbach untuk
mengganti idealisme dengan materialisme. Dengan menganut suatu materialisme
yang bersifat dialektis, Marx dan Engels menolak materialisme abad ke-18 dan
juga materialisme abad ke-19 yang kedua-duanya bersifat mekanistis. Menurut
materialisme abad ke-18 tidak ada perbedaan prinsipil antara sebuah mesin dan
makhluk hidup (termasuk manusia). Hanya dalam hal terakhir ini mekanisme adalah
lebih pelik. Salah satu prinsip materialisme dialetik adalah perubahan dalam
hal kualitas. ltu berarti bahwa kejadian pada taraf kuantitatif (misalnya
pengintergrasian lebih rapat dari bagian-bagian materi) dapat menghasilkan
sesuatu yang sama sekali baru. Dengan cara itulah kehidupanm berasal dart
materi mati dan kesadaran manusiawi berasal dari kehidupan organis.
Materialisme Historis
Produksi ditentukan oleh alat Alat-alat itu adalah materi, yang
dihasilkannya juga materi. Perkembangan sejarah adalah history (sejarah).
History ditentukan oleh materi. Oleh karena itulah filsafat Marx disebut
sebagai historis materialime. Manusia dapat menggunakan yang lain dart
alam untuk keperluan-keperluannya. Ialah satu-satunya makhluk yang dapat
mengganti kehidupannya, dan ikut mengganti sejarahnya. Tetapi pendorong untuk
tindakan tidak terdapat dalam ide atau dalam keinginan seseorang atau dalam
otaknya, akan tetapi pada pokoknya dalam proses produksi dan hubungan kelas
masyarakat. Pada tahun 1848 Karl Marx dan Freidrich Engels menerbitkan Manifesto
Komunis, suatu dokumen yang banyak mempengaruhi gerakan revolusioner.
Akhimya Karl Marx menerbitkan karyanya yang besar, Das Kapital, Jilid
pertama terbit pada tahu 1867. Marx membentuk interpretasi ekonomi tentang
sejarah, dan interpretasi tersebut telah berpengaruh kuat selama seratus tahun
terakhir ini. Bagi Marx faktor ekonomi adalah faktor yang menentukan dalam
perkembangan sejarah manusia. sejarah digambarkan sebagai pertempuran kelas,
dimana alat-alat produksi, didistribusi dan pertukaran barang dalam struktur
ekonomi dari masyarakat menyebabkan perubahan dalam hubungan kelas, dan ini
semua mempengaruhi kebiasaan dalam tradisi politik, sosial, moral dan agama
Terdapat lima macam sistem produksi, empat macam telah muncul
bergantian dalam masyarakat manusia. Sistem kelima diramalkan akan muncul pada
hari esok yang dekat, dan sekarang sudah mulai terbentuk; (1) Sistem komunisme
primitif, (2) Sistem produksi kuno yang didasarkan atas perbudakan, (3)
Tingkatan dimana kelompok-kelompok feodal menguasasi penduduk-penduduk, (4)
Timbullah sistem borjuis atau kapitalis dengan meningkatnya perdagangan,
penciptaan dan pembagian pekerjaan, sistem pabrik menimbulkan industrialis
kapitalis, yang memiliki dan mengontrol alat-alat produksi, (5) Masyarakat
tanpa kelas atau komunisme murni.
Pikiran dasar materialisme historis adalah arah yang ditempuh sejarah
sama sekali ditentukan atau dideterminasi oleh perkembangan sarana-sarana
produksi yang materiil. Jika sebagai contoh kita memilih pengolahan tanah, maka
perkembangan sarana produksi adalah; tugal, pacul, bajak, mesin. Biarpun
sarana-sarana produksi merupakan buah hasil pekerjaan manusia, tetapi sejarah
tidak tergantung pada kehendak manusia. Menurut pendapat Marx manusia memang
mengadakan sejarahnya, tetapi ia tidak bebas dalam mengadakan sejarahnya.
sebagaimana juga materi sendiri, sejarahpun dideterminasi secara dialektis
bukan secara mekanistis.
Kemanakan arah perkembangan sejarah? Apakah titik akhir dari sejarah?
Marx berkeyakinan bahwa sejarah manusia menuju ke suatu keadaan ekonomis
tertentu, yaitu komunisme, dimana hak milik pribadi akan diganti dengan milik
bersama. Perkembangan menuju fase sejarah ini bertangsung secara mutlak dan
tidak mungkin dihindarkan. Tetapi manusia dapat mempercepat proses ini dengan
menjadi lebih sadar dan dengan aksi-aksi revolusioner yang berdasar atas
penyadaran itu.
Epilog
Dari uraian yang dipaparkan diatas, penulis setidaknya memiliki harapan
kepada segenap insan pergerakan untuk selalu menyadarkan diri sendiri akan
realitas disekeliling kita yang timpang, tidak adil, dan menindas. Akan menjadi
suatu hat yang sangat fatal dan busuk jika manusia selu diam melihat dan
merasakan penindasan tetapi diam dan acuh. Pemikiran Karl Marx memberikan
inspirasi bagi gerakan buruh di seluruh dunia untuk bergerak melawan sistem
ekonomi kapitalis yang mengekspolitasi, menghisap dan menindas hakekat
kesosialan manusia. Pemikiran Karl Marx bisa dijadikan alat atau kaca mata
analisa atas sekian ketidakadilan yang disebabkan oleh negara yang repressif
dan intstrumen kapitalistik internasional yang memiskinkan dan mengasingkan
manusia dari fitrahnya. Maka, revolusi sosial menjadi penting untuk segera
praxiskan.
PEMIKIRAN KARL MARX
TENTANG KRITIK EKONOMI-POLITIK
Prawacana: Tentang
Das Kapital
Proses
Produksi Kapital[1],
adalah suatu pembahasan yang mendalam tentang ekonomi politik yang ditulis oleh
Karl Marx. Marx melakukan suatu analisis kritis terhadap kapitalisme dan
aplikasi praktisnya dalam ekonomi serta dalam bagian tertentu, merupakan kritik
terhadap teori-teori terkait lainnya. Kekuatan pendorong utama kapitalisme, menurut
Marx, terdapat dalam eksploitasi dan alienasi tenaga kerja. Sumber utama dari
keuntungan baru dan nilai tambahnya adalah bahwa majikan membayar
buruh-buruhnya untuk kapasitas kerja mereka menurut nilai pasar, namun nilai
komoditi yang dihasilkan oleh para buruh itu melampaui nilai pasar. Para
majikan berhak memiliki nilai keluaran (output) yang baru karena mereka
memiliki alat-alat produksi (kapital) yang produktif. Dengan
menghasilkan keluaran sebagai modal bagi majikan, para buruh terus-menerus mereproduksikan
kondisi kapitalisme melalui pekerjaan mereka.
Namun,
meskipun Marx sangat prihatin dengan aspek-aspek sosial dari perdagangan,
bukunya bukanlah sebuah pembahasan etis, melainkan sebuah upaya (yang tidak
selesai) untuk menjelaskan tujuan dari “hukum gerak” (“laws of motion”)
dari sistem kapitalis secara keseluruhan, asal-usulnya dan masa depannya. Ia
bermaksud mengungkapkan sebab-sebab dan dinamika dari akumulasi modal,
pertumbuhan tenaga kerja bayaran, transformasi tempat kerja, konsentrasi modal,
persaingan, sistem bank dan kredit, kecenderungan tingkat keuntungan untuk
menurun, sewa tanah, dan banyak hal lainnya. Marx memandang komoditi sebagai
"bentuk sel" atau satuan bangunan dari masyarakat kapitalis—ini
adalah obyek yang berguna bagi orang lain, tetapi dengan nilai jual bagi si
pemilik. Karena transaksi komersial tidak menyiratkan moralitas tertentu di
luar apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan transaksinya, pertumbuhan pasar
menyebabkan dunia ekonomi dan dunia moral-legal menjadi terpisah dalam
masyarakat: nilai subyektif moral menjadi terpisah dari nilai obyektif ekonomi.
Ekonomi
politik, yang mulanya dianggap sebagai “ilmu moral” yang berkaitan hanya dengan
distribusi kekayaan yang adil, atau sebagai suatu "aritmetika
politik" untuk pengumpulan pajak, dikalahkan oleh disiplin ilmu ekonomi,
hukum dan etika yang terpisah.Marx percaya bahwa para ekonom politik dapat
mempelajari hukum-hukum kapitalisme dalam cara yang “obyektif”, karena
perluasan pasar pada kenyataannya telah mengobyektifikasikan sebagian besar
hubungan ekonomi: cash nexus membuang semua ilusi keagamaan dan politik
sebelumnya (namun kemudian menggantikannya dengan ilusi jenis lain—fetishisme
komoditi). Marx juga mengatakan bahwa ia memandang "formasi ekonomi
masyarakat sebagai suatu proses sejarah alam". Pertumbuhan perdagangan
terjadi sebagai suatu proses di mana tak seorangpun dapat menguasai atau
mengarahkan, menciptakan suatu kompleks jaringan kesalingterkaitan sosial yang
sangat besar secara global. Dengan demikian, suatu "masyarakat"
terbentuk "secara ekonomi" sebelum orang benar-benar secara sadar
menguasai kapasistas produktif yang sangat beasr dan kesalingterkaitan yang
telah mereka ciptakan, untuk membangunnya secara kolektif untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jadi, analisis
Marx dalam Das Kapital, difokuskan terutama pada kontradiksi-kontradiksi
struktural, daripada antagonisme kelas, yang mencirikan masyarakat
kapitalis–“gerakan kontradiktif” (gegensätzliche Bewegung) yang berasal
pada sifat ganda pekerjaan,” bukannya dalam perjuangan antara tenaga buruh dan
modal, atau antara kelas pemilik dan kelas pekerja. Lebih jauh,
kontradiksi-kontradiksi ini beroperasi (seperti yang digambarkan oleh Marx
dengan menggunakan suatu ungkapan yang dipinjam dari Hegel) “di belakang punggung”
kaum kapitalis maupun buruh, artinya, sebagai akibat dari aktivitasaktivitas
mereka, namun demikian tidak dapat diminimalkan ke dalam kesadaran mereka baik
sebagai individu maupun sebagai kelas. Oleh karena itu, Das Kapital, tidak
mengusulkan suatu teori revolusi (yang dipimpin oleh kelas buruh dan
wakil-wakilnya) melainkan teori tentang krisis sebagai kondisi untuk potensi
revolusi, atau apa yang dirujuk oleh Marx dalam Manifesto Komunis sebagai
"senjata" potensial, "ditempa" oleh para pemilik modal,
"berbalik memukul kaum borjuis sendiri" oleh kelas pekerja. Krisis
seperti itu, menurut Marx, berakar dalam sifat komoditi yang kontradiktif,
bentuk sosial yang paling dasar dari masyarakat kapitalis. Dalam kapitalisme,
perbaikan-perbaikan dalam teknologi dan meningkatnya tingkat produktivitas
menambah jumlah kekayaan materi (atau nilai pakai) dalam masyarakat sementara
pada saat yang bersamaan mengurangi Nilai (ekonomi) dari kekayaan ini, dan
dengan demikian merendahkan tingkat keuntungan—suatu kecenderungan yang membawa
kepada situasi tertentu, yaitu ciri khas dalam kapitalisme, yakni
"kemiskinan di tengah kelimpahan," atau lebih tepatnya, krisis
produksi yang berlebihan di tengah konsumsi yang terlalu rendah.
Marx
mendasarkan karyanya pada para ekonom klasik seperti Adam Smith, David Ricardo,
John Stuart Mill dan bahkan Benjamin Franklin. Namun, ia mengolah kembali
gagasan-gagasan para pengarang ini, sehingga bukunya merupakan sintesis yang
tidak mengikuti gagasan pemikir manapun. Buku ini juga mencerminkan metodologi
dialektis yang diterapkan oleh G.W.F. Hegel dalam bukunya The Science of
Logic dan The Phenomenology of Mind, dan pengaruh para sosialis
Perancis seperti Charles Fourier, Comte de Saint-Simon, dan Pierre-Joseph
Proudhon. Marx sendiri mengatakan bahwa tujuannya adalah "membawa suatu
ilmu [artinya, ekonomi politik] melalui kritik kepata suatu titik di mana ia
dapat secara dialektis digambarkan", dan dalam cara ini
"mengungkapkan hukum gerak masyarakat modern". Dengan memperlihatkan
bagaimana perkembangan kapitalis itu adalah pendahulu dari suatu cara produksi
sosialis yang baru, ia berusaha memberikan dasar ilmiah bagi gerakan buruh
modern. Dalam mempersiapkan bukunya ini, ia mempelajari literatur ekonomi yang
tersedia pada masanya selama dua belas tahun, terutama di British Museum di
London. Aristoteles, dan filsafat Yunani pada umumnya, merupakan pengaruh
penting lainnya (meskipun seringkali diabaikan) dalam analisis Marx terhadap
kapitalisme. Pendidikan Marx di Bonn terpusat pada para penyair Yunani dan
Romawi. Disertasi yang diselesaikannya di universitas adalah tentang
perbandingan antara filsafat alam dalam karya Demokritus dan Epikurus. Lebih
dari itu, sejumlah pakar telah mengajukan pendapatnya bahwa rancangan dasar Das
Kapital–termasuk kategori-kategori penggunaan dan nilai tukar, serta
"silogisme" untuk sirkulasi sederhana dan diperluas (M-C-M dan
M-C-M’)–diambil dari Politik (Aristoteles) dan Etika Nikomakea. Lebih dari itu,
gambaran Marx tentang mesin di bawah hubungan-hubungan produksi kapitalis
sebagai “otomat” yang bertindak sendiri, adalah sebuah rujukan langsung kepada
spekulasi Aristoteles kepada alat-alat yang tidak bernyawa yang mampu mengikuti
perintah sebagai kondisi untuk penghapusan perbudakan.
Dasar Kritik Ekonomi-Politik
Dalam
studi kritik ekonomi-politik pandangan Karl Heinrich Marx (1818-1883) dianggap
paling berpengaruh. Dari segi teoritis, banyak pakar dan pemikir ekonomi yang
mengakui bahwa argumentasi Marx sangat dalam dan luas. Teori-teorinya tidak
hanya didasarkan atas pandangan ekonomi saja, tetapi juga melibatkan moral,
etika, sosial, politik, sejarah, falsafah dan sebagainya. Karl Marx sangat
benci dengan sistem perekonomian liberal yang digagas oleh Adam Smith dan
kawan-kawan. Untuk menunjukkan kebenciannya Marx menggunakan berbagai argumen
untuk “membuktikan” bahwa sistem liberal atau kapitalis itu buruk.
Argumen-argumen yang disusun Marx dapat dilihat dari berbagai segi, baik dari
sisi moral, sosiologi maupun ekonomi.[2]
Menurut
ramalan Marx sistem kapitalis hancur bukan disebabkan oleh faktor-faktor lain,
melainkan karena keberhasilannya sendiri. Sistem kapitalis dinilai Marx
mewarisi daya self destruction, suatu daya dari dalam yang akan membawa
kehancuran bagi sistem perekonomian liberal itu sendiri. Bagi Marx sistem kapitalis adalah suatu sistem yang
“sudah busuk dari dalam” dan tidak mungkin diperbaiki. Untuk membawa masyarakat
pada kehidupan yang lebih baik, tidak ada jalan lain, sistem liberal atau
kapitalis tersebut harus dihancurkan dan diganti dengan sistem yang lain yang lebih
manusiawi, yaitu sistem sosialis atau komunis.
Dalam buku
Manifesto Komunis dapat diikuti bagaimana teori Marx tentang pertentangan
kelas. Menurut Marx, sejarah segala masyarakat yang ada hingga sekarang pada
hakikatnya adalah sejarah pertentangan kelas. Di zaman kuno ada kaum bangsawan
yang bebas dan budak yang terikat. Di zaman pertengahan ada tuan tanah sebagai
pemilik dan hamba sahaya yang menggarap tanah bukan kepunyaannya. Bahkan di
zaman modern ini juga ada majikan yang memiliki alat-alat produksi dan buruh
yang hanya punya tenaga kerja untuk dijual kepada majikan.
Disamping
itu juga ada masyarakat kelas kaya (the haves) dan kelas masyarakat tak
berpunya (the haves not). Semua kelas-kelas masyarakat ini dianggap Marx
timbul sebagai hasil dari kehidupan ekonomi masyarakat.Menurut pengamatan Marx,
di seluruh dunia ini di sepanjang sejarah, kelas yang lebih bawah selalu
berusaha untuk membebaskan dan meningkatkan status kesejahteraan mereka.
Sekarangpun (maksudnya di masa Marx) tak terkecuali, tetap ada perjuangan
kelas. Dengan anggapan seperti ini Marx meramal bahwa kaum proletar yang
terdiri dari para buruh akan bangkit melawan kesewenang-wenangan kaum pemilik
modal dan akan menghancurkan kelas yang berkuasa. Bagaimana Marx menganggap
bahwa kaum proletar dihisap dan diproses oleh para pemilik modal? Teori yang
digunakan untuk menjelaskan penindasan tersebut adalah teori lebih (theory
of surplus value), yang sebenarnya berasal dari kaum klasik sendiri.
Menurut
pandangan kaum klasik (Ricardo), nilai suatu barang harus sama dengan
biaya-biaya untuk menghasilkan barang tersebut, yang di dalamnya sudah termasuk
ongkos tenaga kerja berupa upah alami (natural wages). Upah alami yang
diterima oleh para buruh hanya cukup sekedar penyambung hidup secara subsistem,
yaitu untuk memenuhi kebutuhan yang sangat pokok-pokok saja. Padahal nilai dari
hasil kerja para buruh jauh lebih besar dari jumlah yang diterima mereka
sebagai upah alami. Kelebihan nilai produktivitas kerja buruh atas upah alami
inilah yang disebut Marx sebagai nilai lebih (surplus value)[3],
dinikmati oleh para pemilik modal. Makin besar nilai surplus yang dinikmati
pemilik modal, yang bagi Marx berarti makin besar penghisapan atau eksploitasi
dari pemilik modal atau kaum buruh.
Di sini
tampak perbedaan yang sangat nyata antara Marx dan Smith dalam memandang
persaingan. Kalau Smith menganggap persaingan bebas sebagai prasyarat bagi
terbentuknya masyarakat sejahtera, sebaliknya Marx memandangnya sebagai
penyebab terjadinya konsentrasi-konsentrasi ekonomi atau monopoli. Kompetisi
dinilai Marx mengandung sesuatu daya yang kalau tidak diawasi akan
menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Perusahaan-perusahaan besar
akan mencaplok yang kecil. Yang lemah akan tergusur dari pasar. Akibatnya
jumlah golongan menengah menciut, jumlah kaum proletar akan semakin banyak.
Sebagai ekses dari persaingan yang tidak sehat tersebut maka sebagian yang
kalah tercampak dari pasar. Mereka yang tergusur dari pekerjaan semula akan
mengumpul di pusat-pusat industri, membentuk perkampungan-perkampungan kumuh.
Tetapi adanya pemusatan para penganggur ini justru menguntungkan kaum
kapitalis, sebab mereka bisa dijadikan sebagai cadangan tenaga kerja murah.
Dengan banyaknya orang yang antri mencari pekerjaan, maka kaum buruh yang
“cukup beruntung memperoleh pekerjaan” walau dengan upah sangat rendah tersebut
tidak akan bisa macam-macam. Kalau mereka membuat ulah, dengan segera mereka
bisa dipecat (PHK) dan seribu orang siap menggantikannya. Akibat yang lebih
nyata dari keadaan ini: kehidupan buruh kian lama semakin tergencet. Tetapi
dengan praktek “gencet menggencet” seperti ini siapa sesungguhnya yang rugi?
Kaum buruh jelas rugi, sebab mereka hanya bis memperoleh nafkah sekedar
penyambung hidup belaka. Bagaimana dengan pemilik modal? Pada mulanya dengan
menekan upah buruh mereka memang untung. Tetapi dengan jumlah buruh yang sangat
banyak, sedang pendapatan mereka sangat rendah, siapa yang akan membeli
barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik? Karena daya beli
masyarakat rendah, barang-barang yang dihasilkan menjadi tidak laku.
Pabrik-pabrik terpaksa tutup. Semua ini bukan karena salah siapa-siapa,
melainkan karena tingkah kaum kapitalis sendiri. Lebih lanjut Marx
menganalisis: jika pabrik-pabrik pada tutup, pengangguran akan semakin
merajalela, yang akan membawa kekalutan pada masyarakat. Marx meramal akan
datang suatu masa, di mana terjadi krisis besar-besaran, yang akan mengakhiri
riwayat sistem kapitalistis.
Dari
setiap argumen yang dilontarkan Marx di atas jelas sekali bahwa ide tentang
konflik selalu ditekankan: konflik antara ideal dan realitas; antara kapital
dan labor; juga antara pertumbuhan dan stagnasi. Dari setiap konflik akan
muncul perubahan, dan untuk alasan ini Marx berpendapat bahwa sistem
kapitalisme mesti diganti dengan sistem lain di mana konflik diganti dengan
harmoni atau keselarasan etis, sosial dan ekonomi. Proses pembangunan melalui
konflik merupakan proses dialektik.[4]
Proses ini mempunyai basis dalam pembagian masyarakat atas kaum pekerja dan
kapitalis. Bagi Marx, pangkal dari semua perubahan adalah karena dilakukannya
penghisapan atau eksploitasi dari para kapitalis terhadap kaum buruh.
Eksploitasi terhadap buruh tersebut telah memungkinkan terjadinya akumulasi
kapital di pihak pemilik modal, tetapi menyebabkan pemiskinan di kalangan
buruh. Perbedaan yang sangat menyolok antara pemilik kapital dan kaum
proletariat sebagaimana dijelaskan di atas akan membawa ke arah revolusi
sosial. Bagaimana revolusi sosial tersebut terjadi sebagai akibat dilakukannya
eksploitasi terhadap labor. Uraian tentang dasar kritik-ekonomi politik diatas
dapat dijadikan kerangka teoretik dan kemudian membatasi sekaligus sebagai alat
analisa dan verifiksi terhadap logika perkebangan masyarakat dalam menyusun
teori negara menurut Marx.
Kelas dan Kapitalisme[5]
Kritik Marx terhadap konsep negara liberal dan Hegelian
perlu dipahami dalam kerangka pemikian Marx yang lebih luas tetang posisi
Indonesia dalam masyarakat, hubungan-hubungan produksi, dan sistem produksi
modern yang ia sebut kapitalisme. Pada dasarnya Marx bisa menerima keberadaan
individu sebagai organisme yang memiliki kapasitas unik, hasrat dan kepentingan
untuk memilih secara bebas. Namun, ia menolak pandangan liberal yang melihat
individu sebagai organisme yang abstrak tanpa kaitannya dengan kehidupan
sehari-hari yang besifat riil. Ia juga mengkritik kecenderungan menempatkan
individu sebagai entitas sosial yang paling utama untuk memahami kehidupan
politik dan perilaku negara. (Giddens and Held, 1982). Dalam Critique Hegel’s Philosophy of Right
(1843a). Marx menegaskan, “man is not an abstrac being squatting outside the
world. Man is the human world, the state, society” (h. 131). Keberadaan
individu karenanya hanya bisa diterima dalam kaitannya dengan sesama individu
lainnya. Individu bukanlah sekumpulan organisme yang bertindak secara otonom
yang terlibat aktif dalam produksi dan kehidupan politik, melainkan humam beings
yang hidup dalam jaring-jaring interaksi dan relasi sosial dengan sesama
manusia lainnya. Sifat-sifat dasar dan perilaku setiap individu merupakan
produk sejarah yang bersumber dari berbagai bentuk interaksi sosial antara
manusia. Bagi pemikir liberal, perbedaan antara seorang budak dan majikan
menjadi tidak penting karena kedua-duanya merupakan individu yang berdaulat.
Akan tetapi bagi Marx perbedaan itu sangat nyata karena merupakan produk
interaksi antar manusia yang membawa efek ekonomi dan sosial yang bertolak
belakang (Marx, 1858).
Kunci untuk memahami perilaku individu adalah struktur
kelas. Akan tetapi tidak semua masyarakat mengalami proses pemilahan
berdasarkan kelas. Masyarakat tribal, diantaranya, tidak mengenal kelas karena
masyarakat tidak mengenal surplus dan tidak mengakui pemilikan pribadi
atas alat-alat produksi. Sistem produksi dijalankan secara gotong royong dan
dibagikan secara merata kepada setiap anggota masyarakat. Sebaliknya, pemilahan
kelas hanya berkembang dalam sistem produksi yang mengejar surplus dan
mengakui hak-hak pemilikan pribadi. Surplus tersebut dicapai setelah
kelas sosial non-produktif berhasil menguasai alat-alat produksi dan memaksakan
eksploitasi atas kelas sosial produktif (Marx, 1867). Kelas sosial yang
menguasai alat-alat produksi menjadi kelas dominan, sementara kelas sosial
produktif yang ditindas atas nama keuntungan menjadi kelas sub-ordinan. Pada
gilirannya, ketika sistem produksi yang mengejar surplus dan mengakui
hak-hak properti ini berkembang menjadi sistem produksi yang utama, kelas
dominan dan subordinan akanmenjadi dua kelas uatam yang membelah masyarakat.
Hubungan antara kedua kelas ini selalu ditandai oleh eksploitasi dan konflik,
yang berpengaruh besar terhadap dinamika sebuah masyarakat. (Marx dan Engels,
1848). Sayangnya tulisan Marx tidak memberikan perhatian cukup serius pada
kemungkinan hubungan yang saling tumpang tindih antar penindasan berdasarkan
kelas dan penindasan berbasiskan gender. Topik ini baru menjadi perhatian yang
cukup serius dalam tulisan Engels, On Origins of The Family, Private
Property and The State. Menurut Engels (1881), dalam masyarakat kuno yang
bersifat matriarchal posisi perempuan sedikit lebih dominan dibanding
laki-laki. Namun hubungan antara keduanya berubah total setelah pengakuan atas
hak-hak pemilikan pribadi. Laki-laki menjadi lebih beruntung karena hak atas
warisan memungkinkan laki-laki menguasai hak-hak pemikiran tersebut.
Dalam masyarakat modern struktur kelas merupakan produksi
sisten kapitalisme. Sistem ini dibangun berdasarkan hak pemilikan pribadi atas
faktor produksi, kebebasan mempertukarkan barang dan jasa, dan relasi yang
tidak seimbang antara modal dan tenaga kerja. Produksi ditujukan untuk
mengahasilkan profit dan surpluse value dan bukan untuk kepentingan
jangka panjang memuaskan kebutuhan manusia. (Held, 1996; Brown, 1995; MacEwan,
1999). Menurut Marx, sistem ini pada dasarnya mengandung ketegasan-ketagasan
yang melekat secara inheren dalam keseluruhan proses menghasilkan profit dan
surpluse value. Perkembangan sejarah dalam banyak hal ditentukan oleh
hasil ketegangan-ketegangan ini, diataranya ketegangan hubungan produksi dan
tehnik produksi dan konflik kelas. Menurut Marx, sistem produksi kapitalisme
terdiri dari, setidaknya, dua macam struktur dasar yang disebut Marx dengan social
formation dan mode of production (Marx, 1859). Formasi sosial
merupakan sekumpulan kumpulan interaksi dan lembaga-lembaga sosial yang
membentuk sebuah masyarakat. Struktur ini meliputi seluruh aspek kehidupan
sosial termasuk sistem ekonomi, sistem kekuasaan dan kehidupan budaya yang
saling berhubungan satu sama lain. Formasi sosial dibentuk oleh determinasi mode
of production atau infrastruktur ekonomi atas kesadaran sosial, kehidupan
budaya dan sistem politik.
Di lain pihak, infrastruktur ekonomi—atau sering juga
disebut economic base—merupakan kombinasi dari relation of production
menyangkut tiga jenis relasi sosial: pertama, hubungan-hubungan
produksi yang bersifat primer seperti hubungan butuh dan majikan, kedua, hubungan-hubungan
produktif yang bersifat sekunder seperti serikat buruh, asosiasi pemilik modal
dan pola-pola dasar kehidupan keluarga yang berkaitan erat dengan sistem
produksi kapitalistik; dan ketiga hubungan-hubungan politik dan sosial
yang bersumber dari hubungan produksi primer dan sekunder seperti negara,
lembaga-lembaga pendidikan, dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang mencermikan
hubungan buruh-majikan. Sementara itu, forces of productions meliputi
alat-alat produksi, tehnik produksi, sumber daya alam dan manusia dan
pengorganisasian produksi berdasarkan alat, tehnik dan sumber daya yang
dimiliki. Menurut Marx, infrastruktur ekonomi berpengaruh besar terhadap bentuk
dasar masyarakat. Hubungan produksi, diantaranya, menentukan proses
menghasilkan surplus. Sebuah formasi sosial dapat dikategorikan
kapitalistik jika hubungan produksi ini ditujukan untuk merebut use value
yang dihasilkan pekerja dan mengubahnya menjadi exchange value yang
dilekatkan pada komoditi tertentu sebelum mengahasilkan profit. Pemisahan
antara kelompok sosial yang menghasilkan profit—dan karenanya menguasai
kapital—dan kelompok sosial yang hanya mempu menjual tenaga kerjanya bukan saja
menentukan hubungan kelas, tetapi juga menjadi basis eksploitasi dan konflik
sosial dalam masyarakat modern.
Pemahaman tentang kelas dan kapitalisme membawa implikasi
luas terhadap pemahaman Marx dan Engels tentang negara. Bertolak belakang
dengan Hegel yang memisahkan negara dari masyarakat (sipil) sembari menempatkan
negara sebagai aktor yang otonom dan menentukan. Marx memahami kehadiran negara
sebagai bagian dari dinamika yang terjadi dalam masyarakat, terutama hubungan
antar kelas sosial yang konfliktual. Marx dan Engels juga berbeda dengan para
pemikir liberal yang memusatkan perhatiannya pada ketegangan antara hak-hak
individu dan netralitas negara karena ia melihat keberadaan otoritas politik
dalam konteks sistem produksi untuk menghasilkan surplus value yang
menjadi basis material hubungan tidak seimbang antara kelas dominan dan
subordinan. Bagi Marx, gagasan tentang negara harus selalu dikaitkan dengan dua
faktor: pertama, negara merupakan orde politik yang merepresentasikan
kepentingan kelas sosial dominan, termasuk didalamnya menjamin keberlangsungan
dominasi modal atas tenaga kerja. Kedua, negara juga merupakan orde
politik yang menjamin keberlangsungan akumulasi kapital tanpa gangguan
perjuangan kelas.
SOSIALISME
1. Pengertian
Sosialisme
Sosialisme
pada hakekatnya berpangkal pada kepercayaan diri manusia, melahirkan
kepercayaan pula bahwa segala penderitaan dan kemelaratan yang dihadapi dapat diusahakan melenyapkannya.[6]
Penderitaan dan kemelaratan yang diakibatkan pembajakan politik dan ekonomi
dimana penguasa dan pengusaha dengan semangat liberal dan kapitalnya, memiliki
kekuatan penuh mengatur kaum kebanyakan warga negara, dengan segala keserakahan
yang didasarkan rasionalisme dan individualisme itu, mendorong sebagian orang
mencari cara baru guna pemecahan masalah sosial tanpa harus dilakukan dengan
kekerasan.
George
Lansbury, pemimpin partai buruh, menulis dalam bukunya My England (1934),
dijelaskan:
“Sosialisme,
berarti cinta kasih, kerjasama, dan persaudaraan dalam setiap masalah
kemanusiaan merupakan satu-satunya perwujudan dari iman Kristiani. Saya sungguh
yakinapakah orang itu tahu atau tidak, mereka yang setuju dan menerima
persaingan dan pertarungan satu dengan yang lain sebagai jalan untuk memperoleh
roti setiap hari, sungguh melakukan penghianatan dan tidak menjalankan kehendak
Allah.”[7]
Sosialisme
adalah sebuah masyarakat dimana kaum pekerja sendiri yang menguasai alat-alat
produksi dan merencanakan ekonomi secara demokratik; dan semua ini secara
internasional. Istilah “sosialisme” atau “sosialis” dapat mengacu ke beberapa
hal yang berhubungan: ideologi atau kelompok ideologi. sistem ekonomi. negara.
Kata ini mulai digunakan paling tidak sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa
Inggris, pertama digunakan untuk mengacu kepada pengikut Robert Owen pada tahun
1827. Di Prancis, digunakan untuk mengacu pada pengikut doktrin Saint-Simon
pada tahun 1832 dan kemudian oleh Pierre Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopedie
nouvelle. Penggunaan kata sosialisme sering digunakan dalam berbagai
konteks yang berbeda oleh berbagai kelompok, namun hampir semua sepakat bahwa
istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada
abad ke-19 dan ke-20, yang berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
masyarakat egalitarian, yang dengan sistem ekonomi, menurut mereka, dapat
melayani masyarakat banyak, ketimbang hanya segelintir elite.
Sosialisme
sebagai ideologi menurut penganut Marxisme (terutama Friedrich Engels), model
dan gagasan sosialis dapat dirunut hingga ke awal sejarah manusia, sebagai
sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial. Pada masa Pencerahan di abad ke-18,
para pemikir dan penulis revolusioner seperti Marquis de Condorcet, Voltaire,
Rousseau, Diderot, abbe de Mably, dan Morelly mengekspresikan ketidakpuasan
berbagai lapisan masyarakat di Perancis. Kemudian Sistem Ekonomi dalam
sosialisme sebenarnya cukup sederhana. Berpijak pada konsep Marx tentang
penghapuskan kepimilikan hak pribadi, prinsip ekonomi sosialisme menekankan
agar status kepemilikan swasta dihapuskan dalam beberapa komoditi penting dan
kepentingan masyarakat banyak, Seperti Air, Listrik, bahan pangan dll.
Sejumlah
pemikir, pakar ekonomi dan sejarah, telah mengemukakan beberapa masalah yang
berkaitan dengan teori sosialisme, termasuk di antara mereka adalah antara lain
Milton Friedman, Ayn Rand, Ludwig von Mises, Friedrich Hayek, dan Joshua
Muravchik. Kritik dan keberatan tentang sosialisme dapat dikelompokkan menjadi
kategori berikut: Insentif, Harga, Keuntungan dan kerugian, Hak milik pribadi.
Keuntungan dalam anutan sosialisme kekinian telah dimungkinkan. Berhubungan
dalam keuangan dari suatu negara sosialis, untuk transaksi atas barang,
walaupun bukan terhadap pertanian.
2. Sejarah Kelahiran
Sosialisme
Setelah
melebarnya sayap-sayap ideologi liberalisme dan kapitalisme, maka dunia telah
tersebtuh ideologi ini dipenuhi dengan pragmatisme hidup, sikap
individualistis, konsumeris, hedonisme, materialisme, dan sekulerisme. Ini
telah menimbulkan masalah sosial sampai pada tingkat unit sosial terkecil,
seperti melemahkan ikatan emosional dalam keluarga, disorientasi, disorganisasi
sosial, pada skala yang besar timbulnya aliansi sosial sebab jauh dari agama
dan kepentingan sosial dalam kehidupan sosiali dan ekonomi masyarakat. Lahirlah
faham sosialisme. Mereka menentang individu sebagai dasar pribadi, juga
kebebasan ekonomi yang perlu melibatkan negara. Faham sosialis mengusahakan
indutri negara bukan semata untuk digunakan mencari keuntungan yang melebihi
usaha keuntungan kapitalis yang meungkin berhasil, mungkin tida. Akan tetapi
untuk penyelenggarakan industri yang lebih demokratis, bermanfaat dan
bermartabat, penggunaan mesin yang lebih memperhatikan manusia dan penggunaan
hasil kecerdasan manusia yang lebih bijak.[8]
Lahirlah tokoh-tokoh sosialis, seperti St. Simon (1760-1825), Fourier (1837),
Robert Owen (1771-1858), Louis Blane (1813-1882), Bakunin (1814-1876).
3. Sistem Politik
Sosialisme
Sosialisme
dengan demokrasi, memiliki hubungan yang sangat penting, ia menjadi bagian dari
kebijakan sosialis. Sosialisme dalam konteks demokrasi memiliki tujuan dengan
inti yang sama, yakni untuk lebih mewujudkan demokrasi dengan memperluas
penerapan prinsip-prinsip demokrasi dari hal-hal yang bersifat politis sampai
pada yang bersifat non-politis dalam masyarakat. Oleh sebab itu untuk mencapai
cita-citanya, sosialis menggunakan cara-cara yang demokratis:
Pertama,
sosialisme menolak terminologi proletariat yang menjadi bagian konsep
komunisme. Kedua, kepemilikan alat-alat produksi oleh negara harus
diusahakan secara perlahan-lahan atau secara bertahap. Ketiga, kaum
sosialis menuntut pendirian umum yang demokratis bahwa pencabutan hak milik
warga negara harus melalui proses hukum dan warga negara tersebut harus
mendapat kompensasi. Keempat, kaum sosialis menolak pengendalian kekuasaan
oleh sekelompok minoritas yang mengatasnamakan kekuatan revolusioner.[9]
Kelima, tidak sependapat bahwa dalam demokrasi hanya ada dua pilihan
antara liberalis-kapitalis dan komunisme. Partai-partai yang demokratis tidak
menyibukkan dirinya untuk menyelesaikan perjuangan seribu tahun dalam sehari,
melainkan mereka berusaha untuk memecahkan persoalan yang relatif dapat
ditangani dan dihindarkan pemecahan kaku yang tidak dapat ditarik kembali.[10]
4. Sistem Ekonomi
Sosialisme
Sosialisme
adalah suatu sistem perekonomian yang memberikan kebebasan yang cukup besar
kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan ekonomi tetapi dengan campur
tangan pemerintah. Pemerintah masuk ke dalam perekonomian untuk mengatur tata
kehidupan perekonomian negara serta jenis-jenis perekonomian yang menguasai
hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara seperti air, listrik,
telekomunikasi, gas lng, dan lain sebagainya. Dalam sistem ekonomi sosialisme
atau sosialis, mekanisme pasar dalam hal permintaan dan penawaran terhadap
harga dan kuantitas masih berlaku. Pemerintah mengatur berbagai hal dalam
ekonomi untuk menjamin kesejahteraan seluruh masyarakat.
Pada
dasarnya sosialisme mewarisi tujuan pokok yang sama dari kapitalisme, yakni
melestarikan kesatuan faktor tenaga kerja dan pemilikan. Pada abad ke-17 dan
ke-18, saat kapitalisme melewati tahap awal perkembangannya, kesatuan itu
menjadi kenyataan. Inggris di zaman John Locke masih hidup dan Amerika di zaman
Thomas Jefferson menyaksikan pertanian yang berukuran rata-rata,
toko-toko,bengkel hanya dalam skala kecil keluarga saja. Tenaga kerja dan
pemilik berada dalam keseiringan. Ancaman utama dalam kesatuan ini justru
datang dari negara, yang berusaha untuk menetapkan dan mengatur.
Singkatnya
negara memainkan peranan suatu badan yang berkuasa penuh dalam urusan ekonomi.
Akan tetapi, tatkala ekonomi kapitalis mengalami kemajuan, tanggungjawab individu
dan keluarga dalam urusan kepamilikan alat-alat produksi serta pengaturan
tenaga kerja perlahan-lahan digantikan oleh sistem ekonomi dalam mana
perusahaan besar mengambil alihfungsi-fungsi tersebut. Ketika bentuk usaha
industri tumbuh semakin besar, tanggungjawab tenaga kerja semakin beralih ke
tangan masyarakat, sementara pemilikan tetap secara perorangan.[11]
Isu yang
dalam mengembangkan sosialisme di Eropa berkaitan erat dengan masalah ekonomi
adalah: Pertama, pemerataan sosial, salah satu kekuatan pendorong, yakni
penentangannya terhadap ketimpangan kelas sosial yang diterima oleh negara
Eropa (maupun bagian dunia yang lain) dari zaman feodal dimasa lalu.
Kedua, penghapusan
kemiskinan. Yakni kemiskinan sebagai akibat dari akumulasi sistem kapitalisme,
maka bagi sosialisme; ‘tidak ada hak milik pribadi atas alat-alat produksi,
bahwa alat produksi harus menjadi kepemilikan komunal’. Dengan menekankan
solidaritas sosial dan kerjasama sebagai sarana untuk mengembangkan ekonomi dan
membangun suatu jaringan ikatan sosial dan ekonomi yang kuat guna membantu
membentuk kepaduan nasioal. Karena, begitu jauhnya kenyataan ekonomi dan
politis telah melahirkan kegagalan.[12]
5. Prinsip-prinsip
Sosialisme
Sosialisme
memiliki prinsip-prinsip dalam menegakkan suatu pemerintahan dan negara dalam
mewujudkan kepentingan rakyat secara keseluruhan. Ini meliputi masalah agama,
idealisme etis dan estetis, empirisme febian dan liberalisme. Prinsip-prinsip
ideologi sosialisme menurut Sydney Webb sebagaimana dalam bukunya Fabian
Esseys (1889) itu, menganggap sosialisme sebagai hasil yang tidak dapat
diletakkan dari keberhasilan demokrasi dengan kepastian yang datang secara
bertahap (inevitability of gradualness) yang berbeda dengan pandangan
Karl Marx tentang kepastian revolusi.[13]
Prinsip-prinsip ideologi sosialisme adalah sebagai berikut:
Pertama, masalah
agama. Dalam pembentukan gerakan sosialis pengaruh agama merupakan yang paling
kuat. Menemukan berbagai hal yang berhubungan dengan doktrin keagamaan, sosial
dan ekonomi serta banyaknya jumlah sekte keagamaan telah membuktikan betapa
adanya berbagai ajaran yang dipegangnya. Hal ini tampak terlihat di Inggris
pada masa itu menurut Attle.[14]
Hal ini karena dulu ada gerakan Kristiani Sosialis yang beranggapan bahwa agama
itu harus disosialisasikan dan sosialisme harus dikristianikan.[15]
Kedua,
idealisme etis dan estetis. Ini menjadi sumber sosialisme di Inggris, John
Ruskin dan William Morris mengungkapkan ini bukan suatu program politik dan atau
ekonomi, tetapi merupakan pemberontakan melawan kemelaratan, kebosanan, dan
kemiskinan hidup dibawah kapitalisme industri. Sebagaimana kedua tokoh itu,
Charles Dickens dan Thomas Carlyle serta pengarang lainnya yang melihat
pengaruh peradaban industri terhadap pribadi seseorang sebagai manusia.
Pemberontakan etis dan estetis masa Inggris Victoria merusak rasa percaya diri
yang tumbuh pada masa itu. Sebab keraguan itu, dirinya mendapatka banyak
sosialis yang positif dapat dikembangkan mengenai langkah demi langkah.[16]
Ini bukan merupakan program politik dan ekonomi, melainkan pemberontakan dari
kehidupan yang kotor dan keadaan masyarakat yang miskin akibat kapitalis
industri.[17]
Ketiga, empirisme
fabian. Ini merupakan ciri gerakan sosialis Inggris yang paling khas.
Masyarakat fabian didirikan pada tahun 1884, serta mengambil nama seorang
Romawi, yakni Quintus Fabius Maximus Cunctator, si “penunda’. Moto awal dari
masyarakat itu adalah ‘Engkau harus menunggu saat yang tepat; kalau saat yang
tepat itu tiba engkau harus melakukan serangan yang dahsyat, sebab jika tidak,
penundaan yang engkau lakukan itu sia-sia dan tidak akan membawa hasil.
Tokoh-tokoh dari kalangan ini antara lain George Bernand Shaw, Sydney dan
Beatrice Webb, H.G. Wells dan Graham Walls, mereka bukan berasal dari kalangan
miskin. Dalam hal politik menghendaki
suatu perubahan masyarakat secara konstitusional. Perubahan itu jangan
sampai melalui revolusi yang radikal dengan membalikkan struktur politik dengan
cara paksa atau kekerasan. Prinsip bahwa tidak mungkin ada kemajuan kecuali
kepada kelas menengah dan atas ditunjukkan bahwa tuntutan dasar pikiran serta
politik sosialis tadi masuk akal dan bersifat adil.[18]
Keempat,
liberalisme. Ini telah menjadi sumber yang semakin penting bagi sosialisme,
terutama sejak Partai Liberal merosot peranannya, dan meningkatnya peran oleh
Partai Buruh. Dalam sosialisme juga ada kecenderungan berorientasi pada negara,
masa dan kolektivitas. Kedua kecenderungan itu masih Sunan Kalijaga menjadi
seorang pribadi dan bukan menjadi seorang anggota dalam daftar nasional. Namun
demikian, dalam 40 tahun terakhir semakin banyak orang Liberal yang
menggabungkan diri dengan Partai Buruh.[19]
Hal ini penting terutama setelah partai liberal terjadi tidak berarti banyak
beralih ke partai buruh. Sebab dalam partai buruhlah, gagasan mereka dapat
dikembangkan.[20]
Oleh sebab
itu sosialisme sebagai bentuk kekuatan politik, sosial dan ekonomi sangat
berpihak kepada tindakan populis dan untuk rakyat, ini dilakukan berupa
pemberian kesempatan kerja, menghapus diskriminasi, memperjuangkan mengenai
persamaan hak, memperjuangkan hak-hak pekerja, kerjasama serta menghapuskan
persaingan dan mengatur mekanisme ekonomi untuk kepentingan seluruh rakyat.
6. Sosialisme Utopis
Sosialisme
Utopis atau Sosialisme Utopia adalah sebuah istilah untuk mendefinisikan awal
mula pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak pernah benar-benar
menggunakan ini untuk menyebut diri mereka; istilah "Sosialisme
Utopis" awalnya diperkenalkan oleh Karl Marx dan kemudian digunakan oleh
pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk menggambarkan awal kaum sosialis
intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang dari penganut paham
egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata memperhatikan diri mereka
sendiri dengan suatu cara dimana komunitas masyarakat seperti itu bisa
diciptakan atau diperjuangkan.
Kata
utopia sendiri diambil dari kisah pulau Utopia karangan Thomas Moore. Karena
Sosialisme utopis ini lebih merupakan sebuah kategori yang luas dibanding
sebuah gerakan politik yang spesifik, maka sebenarnya sulit untuk
mendefinisikan secara tepat istilah ini. Merujuk kepada beberapa definisi,
desinisi sosialisme utopis ini sebaiknya melihat para penulis yang menerbitkan
tulisan-tulisan mereka pada masa antara Revolusi Perancis dan pertengahan
1930-an. Definisi lain mengatakan awal mula sosialisme utopis jauh lebih ke
masa lalu, dengan mengambil contoh bahwa figur Yesus adalah salah satu diantara
penganut sosialisme utopis. Walaupun memang terbuka kemungkinan siapapun yang hidup
dalam waktu kapanpun dalam sejarah dapat disebut sebagai seorang sosialis
utopis, istilah ini lebih sering dipakai terhadap para sosialis utopis yang
hidup pada seperempat masa pertama abad 19. Sejak pertengahan abad 19 dan
selanjutnya, cabang-cabang sosialisme yang lain jauh melebihi versi utopisnya,
baik dalam perkembangan pemikirannya maupun jumlah penganutnya. Para sosialis
utopis sangat penting dalam pembentukan pergerakan modern bagi komunitas
intentional dan koperasi, techno komunisme.Istilah "sosialisme
ilmiah" kadang digunakan oleh para penganut paham Marxisme untuk
menguraikan versi sosialisme mereka, terutama untuk tujuan membedakannya dari
Sosialisme Utopis dimana telah terdeskripsi dan idealistis (dalam beberapa hal
mewakili suatu yang ideal) dan bukan ilmiah, yaitu, yang dibangun melalui
pemikiran dan berdasarkan pada ilmu-ilmu sosial.
7. Pemikir Utama
Sosialisme Utopis
Robert
Owen (1771-1858) adalah seorang pelaku bisnis sukses yang menyumbangkan banyak
laba dari bisnisnya demi peningkatan hidup karyawannya. Reputasi dia meningkat
ketika dia mendirikan suatu pabrik tekstil di New Lanark, Skotlandia dan
memperkenalkan waktu kerja lebih pendek, membangun sekolah untuk anak-anak dan
merenovasi rumah-rumah tempat tinggal pegawainya. Ia juga merancang suatu
komunitas Owenite yang disebut New Harmony (Keselarasan Baru) di Indiana, AS.
Komunitas ini bubar ketika salah satu dari mitra bisnisnya melarikan diri
dengan membawa semua laba yang ada. Kontribusi utama Owen bagi pikiran kaum
sosialis adalah pandangan tentang dimana perilaku sosial manusia tidaklah tetap
atau absolut, dan manusia mempunyai kehendak bebas untuk mengorganisir diri
mereka ke dalam segala bentuk masyarakat yg mereka inginkan. Otienne Cabet
(1788-1856) dipengaruhi oleh pemikiran Robert Owen. Di dalam bukunya Travel
and adventures of Lord William Carisdall in Icaria (1840) ia memaparkan
suatu masyarakat komunal idealis. Usaha nya untuk membuatnya kembali (gerakan
Icarian) gagal. Charles Fourier (1772-1837) sejauh ini adalah seorang sosialis
yang paling utopis. Menolak semua tentang Revolusi Industri dan semua
permasalahan yang timbul menyertainya, ia membuat berbagai pendapat fantastis
tentang dunia yang ideal yang ia impikan. Selain beberapa kecenderungan yang
jelas-jelas tidak sosialis, ia tetap memberi kontribusi berarti bagi gerakan
sosialis. Tulisan-tulisannya membantu Karl Marx muda dan membantunya memikirkan
teori alienasinya. Fourier juga seorang feminisme radikal.
KOMUNISME
1. Pengertian Komunisme
Komunis
mulai populer dipergunakan setelah revolusi di tahun 1830 di Peracis. Suatu
gerakan revolusi yang menghendaki perubahan pemerintahan yang bersifat parlementer
dan dihapuskannya raja. Istilah komunis, awalnya mengandung dua pengertian. Pertama,
ada hubungannya dengan komune (commune) suatu satuan dasar bagi wilayah
negara yang berpemerintahan sendiri, dengan negara itu sendiri sebagai
federasian komune-komune itu. Kedua, ia menunjukkan milik atau
kepunyaan bersama. Pada esensinya adalah sebuah alra berfikir berlandaskan
kepada atheisme, yang menjadikan materi sebagai asal segala-galanya.
Ditafsirkannya sejarah berdasarkan pertarungan kelas faktor ekonomi. Karl Marx
dan Frederich Engels adalah tokoh utamanya dalam mengembangkan faham ini.[21]
Komunisme
lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh.Istilah
komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi
yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal
dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut “Marxisme-Leninisme”. Dalam
komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai Komunis. Logika
secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun pengorganisasian
Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi partai. Partai
membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas
perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang
menyebabkan komunisme menjadi "tumpul" dan tidak lagi diminati.
Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat
kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi.
Prinsip
semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat
secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan
karenanya komunisme juga disebut anti liberalisme. Secara umum komunisme sangat
membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama adalah racun yang
membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata. Komunisme sebagai
ideologi mulai diterapkan saat meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7
November 1917. Sejak saat itu komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan
disebarluaskan ke negara lain. Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham
komunis adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.
2. Ide Dasar
Komunisme
Komunisme masa kini menitik beratkan empat ide: 1] Sekelumit kecil
orang hidup dalam kemewahan yang berlimpah, sedangkan kaum pekerja yang teramat
banyak jumlahnya bergelimang papa sengsara, 2] Cara untuk merombak
ketidakadilan ini adalah dengan jalan melaksanakan sistem sosialis, yaitu
sistem dimana alat produksi dikuasai negara dan bukannya oleh pribadi swasta,
3] Pada umumnya, satu-satunya jalan paling praktis untuk melaksanakan sistem
sosialis ini adalah lewat revousi kekerasan, 4] Untuk menjaga kelanggengan
sistem sosialis harus diatur oleh kediktatoran partai Komunis dalam jangka
waktu yang memadai.
Tiga dari ide pertama sudah dicetuskan dengan jelas sebelum Marx,
sedangkan ide yang keempat berasal dari gagasan Marx mengenai “diktatur
proletariat”, sementara itu lamanya berlaku kediktatoran Soviet sekarang lebih
merupakan langkah-Iangkah Lenin dan Stalin daripada gagasan tulisan Marx, Hal
ini nampaknya menimbulkan anggapan bahwa pengaruh Marx dalam Komunisme lebih
kecil dari kenyataan sebenamya, dan penghagaan orang-orang terhadap tulisantulisannya
lebih menyerupai etalase untuk membenarkan sifat “keilmiahan” dari pada ide dan
politik yang sudah terlaksana dan diterima.
3. Ciri-ciri Inti Masyarakat Komunis
Ciri-ciri inti masyarakat komunis adalah; 1] penghapusan hak milik
pribadi atas alat-alat produksi, 2] penghapusan kelas-kelas sosialisme, 3] menghilangnya
negara, 4] pengahpusan pembagian kerja. Kelas-kelas tidak perlu dihapus secara
khusus sesudah kelas kapitalisme ditiadakan karena kapitalisme sendiri sudah
mengahapus semua kelas, sehingga hanya tinggal proletariat. Itulah sebabnya
revolusi sosialis tidak akan menghasilkan masyarakat atas dan masyarakat bawah
lagi.[22]
4. Filsafat Perubahan Sosial dalam Manifesto Komunis[23]
Dalam materialisme dialektik, tindakan adalah yang pertama dan fikiran
adalah yang kedua. Aliran ini mengatakan bahwa tak terdapat pengetahuan yang
hanya merupakan pemikiran tentang alam; pengetahuan selalu dikaitkan dengan
tindakan. Pada zaman dahulu, menurut Marx, para filosof telah menjelaskan alam
dengan cara yang berbeda-beda. Kewajiban manusia sekarang adalah untuk mengubah
dunia, dan ini adalah tugas dan misi yang bersejarah dari kaum komunis. Dalam
melakukan tugas ini, mereka tidak ragu-ragu untuk mengambil tindakan dan
menggunakan kekerasan guna mencapai maksud mereka. Sesungguhnya, kebanyakan
orang komunis percaya bahwa kekerasan adalah perlu untuk menghilangkan
kejahatan dari masyarakat.
Masyarakat, seperti benda-benda lain, selalu dalam proses perubahan. Ia
tidak dapat diam (statis) karena meteri itu sedniri bergerak (dinamis). Akan
tetapi perubahan atau proses perkembangan itu tidak sederhana, lurus atau linear.
Selalu terjadi perubahan-perubahan yang kecil, yang tidak terlihat, dan
kelihatannya tidak mengubah watak benda yang berubah itu, sampai terjadilah
suatu tahap dimana suatu benda tidak dapat berubah tanpa menjadi benda lain.
Pada waktu itu terjadi suatu perubahan yang mendadak. Sebagai contoh, air
dipanaskan pelan-pelan, ia menjadi bertambah panas sedikit demi sedikit. Sampai
akhirnya secara mendadak, pada suatu tahap, ia menjadi uap, dan terjadilah
perubahan keadaan. Ada perkembangan yang lalu dari perubahan kuantitatif yang
sangat kecil dan tidak berarti, kemudian menjadi perubahan yang penting terbuka
dan kemudian menjadi perubahan kualitas; terjadi juga suatu perkembangan dimana
perubahan kualitatif terjadi dengan lekas dan mendadak, berupa suatu loncatan
dari suatu keadaan kepada keadaan yang
lain.[24]
Begitu juga dalam hubungan ekonomi dari suatu masyarakat dan dalam pertarungan
kepentigan antara kelas, situasi revolusioner akan muncul. Jika ditafsirkan
dengan cara ini maka materialisme dialektik memberi dasar kepada perjuangan
kelas dan tindakan revolusioner.
Pada tahun 1848 Karl Marx dan Freidrich Engels menerbitkan Manifesto
Komunis, suatu dokumen yang banyak mempengaruhi gerakan revolusioner.
Akhirnya Karl Marx menerbitkan karyanya yang besar, Das Kapital, Jilid pertama
terbit pada tahu 1867. Marx membentuk interpretasi ekonomi tentang sejarah, dan
interpretasi tersebut telah berpengaruh kuat selama seratus tahun terakhir ini.
Bagi Marx faktor ekonomi adalah faktor yang menentukan dalam perkembangan
sejarah manusia. Sejarah digambarkan sebagai pertempuran kelas, dimana
alat-alat produksi, didistribusi dan pertukaran barang dalam struktur ekonomi
dari masyarakat menyebabkan perubahan dalam hubungan kelas, dan ini semua mempengaruhi
kebiasaan dalam tradisi politik, sosial, moral dan agama.
Terdapat lima macam sistem produksi, empat macam telah muncul
bergantian dalam masyarakat manusia. Sistem kelima diramalkan akan muncul pada
hari esok yang dekat, dan sekarang sudah mulai terbentuk. Yang pertama
adalah sistem komunisme primitif. Sistem ini adalah tindakan ekonomi yang
pertama dan mempunyai ciri-ciri pemilikan benda secara kolektif, hubungan yang
damai antar perorangan dan tidak adanya tehnologi. Tingkat kedua adalah
sistem produksi kuno yang didasarkan atas perbudakan. Cirinya adalah timbulnya
hal milik pribadi, yang terjadi ketika pertanian dan pemeliharaan binatang
mengganti perburuan sebagai sarana hidup. Dengan lekas, kelompok aristokrat dan
kelas tinggi memperbudak kelompok lain. Pertarungan kepentingan timbul ketika
kelompok minoritas menguasai sarana hidup. Tingkatan ketiga adalah
tingkatan dimana kelompok-kelompok feodal menguasasi penduduk-penduduk.
Pembesar-pembesar feodal menguasai kelebihan hasil para penduduk yghanya dapat
hidup secara sangat sederhana.
Pada tingkatan keempat, timbulah sistem borjuis atau kapitalis
dengan meningkatnya perdagangan, penciptaan dan pembagian pekerjaan; sistem
pabrik menimbulkan industrialis kapitalis, yang memiliki dan mengontrol alat-alat
produksi. Si pekerja hanya memiliki kekuatan badan, dan terpaksa menyewakan
dirinya. Sebagai giliran tangan menimbulkan masyarakat dengan pengusaha
kapitalis.
Sejarah masyarakat mulai pecahnya masyarakat primitif bersama adalah
sejarah pertarungan kelas. Selama seratus lima puluh tahun terakhir,
kapitalisme industri dengan doktrin self-interest (kepentingan diri
sendiri)-nya telah membagi masyarakat menjadi dua kelompok yang bertentangan:
borjuis atau kelompok yang memiliki dan proletar atau kaum buruh. Oleh karena
kelas yang memiliki menguasai lembaga-lembaga kunci dari masyarakat dan tidak
mengizinkan perubahan besar dengan jalan damai, maka jalan keluarnya adalah
penggulingan kondisi sosial yang ada dengan kekerasan.
Setelah revolusi, menurut materialisme dialektik dan filsafat komunis,
akan terdapat dua tingkat masyarakat. Pertama tingkat peralihan, yaitu periode
kediktatoran dari kaum proletar. Dalam waktu tersebut orang mengadakan
perubahan sosial yang revolusioner, dan kelas-kelas masyarakat dihilangkan
dengan dihilangkannya hak milik pribadi terhadap sarana produksi, distribusi
dan pertukaran (excange). Tingkat kedua setelah revolusi adalah tingkat
kelima dan tipe terakhir dari sistem produksi. Itu adalah “masyarakat tanpa
kelas” atau komunisme murni. Pada tingkatan tersebut bentrokan dan eksploitasi
akan telah selesai, dan semua orang, pria dan wanita akan terjamin kehidupannya
yang layak. Negara tidak lagi menjadi alat kelas dan dialektik tidak berlaku
lagi dalam masyarakat tanpa kelas. Akan terdapat kemerdekaan, persamaan,
perdamaian dan rizki pun melimpah. Masyarakat akan menyaksikan realisasi
kata-kata: dari setiap orang menurut kemauannya, bagi setiap orang menurut
kebutuhannya.
5. Kedudukan
Proletariat dalam Komunisme
Komunisme
adalah doktrin mengenai keadaan bagi kemerdekaan proletariat.[25]
Bahwa terwujudkanya komunisme membutuhkan keniscayaan terciptanya proletariat,
dan proletariat adalah Proletariat merupakan kelas dalam masyarakat yang hidup
hanya dengan menjual tenaga kerjanya dan tidak menarik keuntungan dari
mana-mana jenis kapital; kebiluran dan kesengsaraan mereka, hidup dan mati
mereka, kewujudan semena-mena mereka bergantung kepada keperluan tenaga
pekerja–dan oleh kerana itu, bergantung kepada keadaan perniagaan yang
senantiasa berubah, dan ketidak-tentuan persaingan yang tidak terkawal.
Proletariat, atau kelas proletariat, merupakan, dalam sekata dua, kelas pekerja
abad ke-19.[26]
Proletariat menjelma
semasa revolusi perindustrian, yang berlaku di England pada hujung abad ke-18,
dan yang diulangi di setiap negara bertamadun di seluruh dunia. Revolusi
perindustrian ini dijana oleh penciptaan enjin stim, mesin menenun mekanikal
dan pelbagai peralatan mekanikal yang lain. Mesin-mesin ini, yang begitu mahal
sekali dan, oleh karena itu, hanya dapat dibeli oleh kapitalis besar, mengubah
cara pengeluaran dan mengambil tempat bekas pekerja, kerana mesin-mesin
tersebut menghasilkan komoditi yang lebih murah dan lebih baik daripada yang
dapat dihasilkan oleh para pekerja dengan roda penenun dan penenun tangan
mereka yang tidak memadai. Mesin-mesin tersebut menghadiahkan bidang indutsri
ke dalam tangan kapitalis besar dan menghancurkan nilai harta para pekerja
(peralatan, alat penenun dan sebagainya). Akibatnya, pihak kapitalis berjaya
merangkul kesemuanya dalam tangan mereka dan tidak terdapat apa-apa yang
tinggal untuk para pekerja. Ini menandakan pengenalan sistem perkilangan kepada
industri tekstil. Selepas dorongan bagi pengenalan mesin-mesin dan sistem
perkilangan diberi, sistem ini menjalar dengan pantas ke setiap bidang indutsri
yang lain, khususnya pencetakan buku dan pengecapan kain, pembuatan barangan
tembikar, dan indutsri logam.
Pekerjaan-pekerjaan
semakin dibahagikan di kalangan individu sehingga pekerja yang dahulunya
melaksanakan tugas yang menyeleruh, sekarang hanya melaksanakan sebahagian
daripada tugas tersebut. Pembahagian tugas ini membenarkan benda-benda
dihasilkan dengan lebih cepat dan lebih murah. Ia mengurangkan aktiviti pekerja
kepada gerakan mekanikal senang dan beterusan yang dapat dilaksanakan dengan
lebih baik oleh mesin-mesin. Dalam cara ini, segala industri tersebut jatuh,
satu demi satu, di bawah kekuasaan stim, mesin-mesin dan sistem perkilangan,
seperti yang berlaku kepada penenunan dan penganyaman.
Tetapi,
pada masa yang sama, bidang-bidang tersebut turut jatuh ke dalam tangan
kapitalis besar, dan para pekerja dilucutkan kebebasan mereka. Lama-kelamaan,
bukan sahaja pengilangan tulin bahkan juga kraftangan jatuh ke dalam cengkaman
sistem perkilangan, apabila kapitalis besar mengambil tempat tukang mahir kecil
dengan mendirikan bengkel-bengkel besar, yang lebih menjimatkan dan membenarkan
pembahagian tugas yang lebih terperinci.
Begitulah hampir
segala jenis pekerjaan diusahakan di kilang-kilang di setiap negara
bertamadun-dan, dalam hampir setiap bidang kerja, kraf-tangan dan pengeluaran
telah dilintasi. Proses ini telah menghancurkan kelas menengah lama pada tahap
yang lebih teruk lagi, khususnya tukang kraftangan kecil-kecilan; ia telah
mengubah keadaan pekerja secara menyeluruh; dan dua kelas baru telah diwujudkan
yang, secara perlahan-lahan, sedang menelan kelas-kelas yang lain. Ini
merupakan: 1] Kelas kapitalis besar yang, di setiap negara bertamadun, memiliki
secara eksklusif segala keperluan hidup dan peralatan (mesin-mesin dan
kilang-kilang) dan bahan-bahan yang diperlukan untuk penghasilakn keperluan
hidup. Ini merupakan kelas borjuas, atau borjuasi. 2] Kelas yang tidak
berharta, yang terpaksa menjual tenaga pekerja mereka kepada borjuasi untuk
mendapat, secara berbalas, keperluan hidup untuk kesenangan mereka. Mereka
diberikan nama kelas proletariat, atau pendek kata, proletariat.
6. Sejarah
Perkembangan Komunisme
Rusia,
merupakan pusat kegiatan pembaharuan untuk menegakkan negara yang berdasarkan
faham komunisme setelah meletusnya Revolusi Bolshevik di tahun 1917. Pada tahun
1919 didirikan Third International atau yang dikenal dengan Komunisme
Internasional. Sosialisme-komunis dikenal juga dengan istilah Boshevism,
kelompok ini yang memenangkan puncak revolusi di Rusia di tahun 1917 itu.
Sebelumnya pada tahun 1989, setelah berdiri Social Democracy Party yang
membuka cakrawala berfikir baru bagi parpenulis Rusia. Rapat kerja yang
dilakukan di kota Perlizt dipenuhi dengan tantangan yang tajam sesama mereka,
sampai akhirnya kemudian terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama
memilih cara kerja memalui cara berjuang yang tidak revolusioner diberi nama
Menshevic atau kelompok minoritas. Adapun golongan kedua dengan pengikut
mayoritas memilih perjuangan dengan cara revolusioner, kelompok ini disebut
Bolshevic. Golongan ini berhasil memegang kekuasaan tertinggi di Rusia dibawah
kepemimpinan Lenin, didukung Trotsky[27],
yang dilanjutkan oleh Stalin, Kruschev, Beznev, Androvov, Chernenko sampai
Gorbachev.
7. Sistem Politik
Komunisme
Secara
teoretis, pemerintahan komunis yang didasarkan ideologinya memperlakukan semua
negara bagian mereka, rakyat dan cita-citanya menciptakan masyarakat sama
rata-sama rasa. Dalam kenyataannya kekerasan, penyingkiran lawan-lawan,
pembuangan, pengasingan, agitasi dan propaganda untuk menghancurkan bagi mereka
yang tidak sejalan merupakan tindakan yang biasa dan harus dijalankan dengan
cara revolusioner dan radikal. Dengan demikian ideologi komunisme dengan
Marxisme-nya cenderung untuk melahirkan sistem politik yang otoriter dan
tiranik seperti yang diperlihatkan oleh penguasa Stalin dan Lenin di Rusia, Mao
Tse Tung di China, Fidel Castro di Kuba, Rezim Kemer Merah dengan Polpot dan
Khi Smpan di Kamboja, Kim Sung di Korea Utara, Afganistan di masa Babrak
Karmal. Sejumlah negara dikawasan Eropa Timur yang menjadi satelit Uni Sovyet
seperti Hingaria, Bulgaria, Jerman timur, Latvia, Lithuania, Estonia, Rumania,
Polandia. Kemudian negara dibawah Konfederasi Rusia yang menjadi Uni Sovyet
seperti Georgia, Turkistan, Azerbaijan, Turmikistan, Kazakstan, Armenia. Selain
itu negara yang berporos kepada faham Marxis dikawasan Afrika, Asia dan Amerika
Latin.
Melalui
partai komunis yang menganut single party memegang kekuasaan dengan
mutlak-diktator. Rakyat tidak mungkin mengembangkan buah pikirannya, apalagi
melakukan partisipasi politik yang berbeda dengan partai komunis yang berkuasa,
termasuk untuk mengemukakan kebijaksanaan partai negara.[28]
Bagaimana Stalin dan Breznev, menumpas sejumlah negara yang menuntut persamaan
hak atau keinginan melepaskan diri dari satelit Uni Sovyet seperti Geogia,
Rumania, Polandia, Hongaria, Chekoslovakia dan Afganistan di era 1950-an sampai
1970-an.
Dalam
membawa misi komunismenya untuk mencapai dan menguasai politik dalam masyarakat
maupun negara, kalangan ini bila mungkin membentuk partai politik berupa partai
komunis. Dalam struktur politik, negara yang berfaham ideologi komunis menganut
sistem komando, hierarkis dari atas, dengan pola yang sentralistik, dan
diktatur atas nama proletar, sehingga sering disebut diktatur proletariat. Oleh
karena itu dalam mengambil keputusan ada tiga tingkat atau jalur untuk lahirnya
suatu kebijakan politik, yakni; 1] Polit Biro (vanguard) merupakan
pimpinan tertinggi dan pemutus, 2] partai atau parlemen, 3] negara terakhir
masyarakat. Secara resmi, negara komunis mengaku kemajemukan masyarakat,
sebagai realisasinya ada wadah yakni partai. Akan tetapi masyarakat komunis,
Marxisme, Leninisme mengajarkan bahwa sosialisme dibentuk dan dipertahankan
melalui “Kediktaturan Proletariat.”[29]
Kediktaturan Proletariat dilakukan melalui partai hanya mungkin melalui
kediktaturan Polit Biro. Inilah doktrin Sentralisme Demokrasi.
8. Sistem
Perekonomian/ Tata Ekonomi Komunisme
Komunisme
adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah sebagai pengatur
seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak diperbolehkan
memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan oleh
pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki
oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan
sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak
negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.
Lenin
dalam melihat kemakmuran ekonomi yang menjadi syarat utama untuk mencapai
cita-cita komunis. Ia bersandar kepada tiga prinsip untuk mencapai tujuan
tersebut: Pertama, industrialisasi secara pesat, teruatama sekali dengan
mengandalkan pembangunan indutri; Kedua, perencanaan menyeluruh degan
mengkoordinasikan kehidupan anggota masyarakat secara seksama oleh suatu
organisasi tehnik birokratis (kita harus meniru kapitalis); Ketiga,
perlembagaan persaingan sebagai cara untuk model dan rangsangan bagi usaha
individu dan kolektif, melalui pemberian rangsangan bagi kepentingan pribadi
dalam bentuk gaji serta imbalan yang tidak sama, dan insentif material dan
jabatan untuk mereka yang ahli secara tehnis dan cakap secara administratif.[30]
Pada
hakikatnya dalam penerapannya, ideologi komunisme dalam satu negara dengan
masyarakatnya tercipta bentuk pemerintahan serta sistem politiknya yang
diktatur dan otoriter penguasa dan partai terhadap rakyatnya. Dalam bidang
ekonomi, telah menciptakan kelas baru antara pemegang kekuasaan dengan rakyat,
yakni ditindasnya hak rakyat dalam berkreativitas dibidang ekonomi serta
pemilikan. Dibidang sosial budaya telah menciptakan manusia yang tidak lagi
memiliki harkat kemanusiaan yang asasi dan universal.
9. Prinsip-prinsip
Komunisme
Pertama, yang dimasud
dengan ideologi komunisme ialah sistem politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan
berdasarkan ajaran Marxisme-Leninisme. Kedua, ideologi komunis yang
berasal dari pemikiran Marx memberikan ekspresi harapan. Filsafat Marx yang
komunis telah menyadarkan janji penyelamatan sosial.[31]
Ketiga, orang komunis percaya bahwa historical materialis, sebab mereka
memandang soal-soal spiritual hanya sebagai efek sampingan hakikat dari keadaan
perkembangan materi termasuk ekonomi. Agama muncul menurut Marx disebabkan
adanya perbedaan kelas sosial. Agama menjadi produk perbedaan kelas. Agama
merupakan perangkap yang dipasang kelas penguasa untuk menjerat kelas
proletariat yang tertindas. Apabila perbedaan kelas itu hilang, maka agama
dengan sendirinya akan lenyap sebab pada saat itu perangkap (agama) tidak
dibutuhkan lagi.[32]
Komunisme juga tidak menerima pikiran orang lain (distrust of others reasons),
penyanggahan terhadap persamaan manusia (denial of human equality), dan
interpretasi secara ekonomi sistem terhadap sejarah (economic interpretation
of history). Oleh karena itu mereka tak segan-segan melakukan penipuan,
pengkhianatan dan pembunuhan untuk melenyapkan lawan-lawannya, meskipun dari
anggota partainya sendiri.[33] Keempat,
karena cara mencapai tujuan, sangat menghalalkan segala cara, sangat
menghalalkan kekerasan radikal, revolusioner dan perjuangan kelas, dengan
sendirinya etika tingkah laku didasarkan atas kekerasan (code of behavior of
violence) serta tidak mengakui pernyataan hak asasi manusia (denial of
declaration of human right). Kelima, cita-cita perjuangannya adalah
membangun masyarakat tanpa negara, tanpa kelas dengan konsep sama rata-sama
rasa, ideologi komunis itu bersifat international dibidang politik, sosial, ekonomi
dan kebudayaan. Keenam, pengendalian segala kebijakan berada ditangan
segelintir orang yang diebut Polit Biro, dengan sendirinya kebijakan ekonomi
juga dilakukan secara tersentral (central economic s ystem) dengan
manajemen yang juga secara diktator (dictatoral management) dan
pemerintahan yang dikendalikan oleh sejumlah orang yang sedikit (government
by the few).[34]
[1] Marx
menerbitkan jilid pertama dari Das Kapital pada 1867, tetapi ia meninggal dunia
sebelum sempat menyelesaikan jilid kedua dan ketiganya yang sudah dibuat
naskahnya. Buku-buku ini kemudian disunting oleh teman dan rekan kerjanya
Friedrich Engels dan diterbitkan 1885 dan 1894; jilid keempat, yang berjudul,
yang disebut Theories of Surplus-Value, pertama-tama disunting dan
diterbitkan oleh Karl Kautsky pada 1905-1910. Naskah-naskah persiapan lainnya
diterbitkan baru beberapa dasawarsa kemudian.
[2] Dari segi moral
Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam.
Ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis ke arah kondisi
ekonomi dan sosial yang tidak bisa dipertahankan. Walau ada pengakuan bahwa
sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar ini lebih efisien, akan tetapi
sistem ini tetap dikecam sebab sistem liberal tersebut tidak perduli tentang
masalah kepincangan dan kesenjangan sosial. Dengan menerapkan sistem “upah
besi” kaum buruh dalam sistem perekonomian liberal tidak akan pernah mampu
mengangkat derajatnya lebih tinggi karena—sebagaimana diucapkan
Marx—“pasar bebas memang telah
mentakdirkannya demikian”. Untuk mengangkat harkat para buruh yang sangat
menderita dalam sistem liberal tersebut Marx mengajak kaum buruh untuk bersatu,
dan sistem perekonomian liberal-kapitalis harus digantikan dengan sistem lain
yang lebih memperhatikan masalah pemerataan bagi semua untuk semua, yaitu
sistem perekonomian sosialis-komunis. Dari segi sosiologi, Marx melihat
adanya sumber konflik antar kelas. Dalam sistem liberal-kapitalis yang diamati
Marx ada sekelompok orang (yaitu para pemilik modal) yang menguasai kapital,
dan ada sekelompok orang lainnya (yaitu kaum buruh) sebagai kelas proletar yang
seperti sudah ditakdirkan untuk selalu menduduki posisi kelas bawah. Jika tidak
dilakukan sesuatu, demikian argumentasi Marx, jumlah kaum nestapa ini akan
semakin besar. Sebagai langkah antisipasi, Marx menganjurkan agar sistem
liberal yang menyebabkan kaum buruh menderita tersebut harus diperbaiki, atau
lebih tepat lagi, diganti dengan sistem sosialis yang lebih “berpihak” pada
golongan kaum buruh. Dari segi ekonomi, Marx melihat bahwa akumulasi
kapital di tangan kaum kapitasil memungkinkan tercapainya pertumbuhan ekonomi
yang tinggi. Akan tetapi pembangunan dalam sistem kapitalis sangat bias
terhadap pemilik modal. Untuk bisa membangun secara nyata bagi seluruh lapisan
masyarakat, perlu dilakukan perombakan struktur melalui revolusi sosial. Jika
langkah ini berhasil, maka langkah berikutnya yang harus diambil ialah penataan
kembali hubungan produksi (khususnya dalam sistem pemilikan tanah, alat-alat
produksi dan modal). Menurut Marx, hanya atas dasar hubungan yang lebih
manusiawi ini pembangunan dapat berjalan lancar tanpa hambatan dan dapat
diterima oleh seluruh lapisan rakyat. Atas pandangan yang sangat skeptis di
atas, tidak heran jika Marx meramal bahwa suatu masa sistem kapitalis akan
hancur.
[3]
Sebagaimana yang tertulis oleh Marx dalam Das Capital (yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Samuel Moore dan Edward Aveling
menjadi: Capital: A Critique of Political Economy (1984): The Rate of
surplus-value is therefore an expression for the degree of exploitation of
labour-power by capital, or of the labourer by capitalist. Menurut Marx,
sebagian dari nilai surplus itu merupakan hak para pekerja, tetapi semuanya
dikangkangi oleh para pemilik modal. Mereka (para pemilik modal tersebut) telah
memakan yang bukan hak mereka. Sebagian dari nilai lebih tersebut kembali
ditanamkan untuk investasi, apakah perluasan usaha yang ada atau membuka
lapangan usaha baru. Dari hasil investasi ini para pemilik modal akan menerima
hail yang lebih besar. Kekayaan mereka terus menumpuk, sehingga makin lama
semakin besar. Akumulasi kapital akan semakin berhasil jika para kapitalis bisa
menindas kaum buruh sekeras-kerasnya, yaitu dengan memberikan tingkat upah yang
sangat rendah.
[4] Bagi Marx,
dialektika sejarah merupakan suatu keniscayaan: sesuatu yang pasti bakal
terjadi. Yang jelas, jika kaum proletar sudah tidak tahan lagi, mereka akan
melancarkan revolusi. Para pekerja akan menghancurkan pabrik-pabrik dan merusak
segala milik kaum kapitalis. Tetapi jika ini terjadi, semua pihak akan rugi;
baik kaum kapitalis maupun mereka sendiri. Sebab, jika pabrik-pabrik hancur,
berarti mereka akan tergusur dari lapangan kerja. Untuk menghindari
tindakan-tindakan yang merugikan semua pihak, di sinilah peran kaum komunis
diharapkan. Menurut Marx, kaum komunis yang memperjuangkan nasib kaum proletar harus
menuntun revolusi yang dilancarkan kaum proletar ke arah yang benar, dan
revolusi harus dilancarkan sebaik-baiknya.
Agar
revolusi berjalan sukses, Marx menganjurkan agar kaum komunis mendukung setiap
gerakan melawan tatanan sosial politik sistem kapitalis. Kaum proletar yang
sudah sangat menderita dan tidak memiliki apa-apa di bawah sistem kapitalis
tidak akan kehilangan apa-apa dalam memperjuangkan revolusi. Bagi Marx, untuk
memperjuangkan nasib mereka sendiri kaum buruh di seluruh negeri harus bersatu
memperjuangkan sebuah sistem baru yang lebih berpihak kepada kaum buruh, yaitu
sistem sosialis atau komunis.
[5] Lih. Eric Hiariej, Teori Negara Marxis, Jurnal Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas ISIPOL UGM, Volume 7, Nomor 2, November 2003
(261-282) h. 268-272.
[6]
Deliar Noer, Pemikiran Politik di Negara Barat (Bandung: Mizan, 1999)
hlm. 188.
[7]
William Ebenstein & Edwin Fogelman, Isme-isme Dewasa ini, Edisi 9
(Jakarta: Erlangga, 1990) hlm. 220.
[8]
Mas’ud An Nadwi, Islam dan Sosialisme (Bandung: Risalah, 1983) hlm.
32-36.
[9]
Clement Attle, Perdana Menteri Inggris tahun 1945-1951, juga seorang Pemimpin
Partai Buruh 1935-1955, menulis dalam buku The Labour Party in Perspective (1937)
bahwa kekuatan partainya bukan bergantung pada kepemimpinan, melainkan kualitas
rakyat jelata.
[10]
William Ebenstein & Edwin Fogelman, op. cit., hlm. 210.
[11]
Ibid., 217-218.
[12]
Lyman Tower Sargen, Ideologi-ideologi Politik Kontemporer; Sebuah Analisis
Komparatif (Jakarta: Erlangga, 1987) hlm. 149.
[13]
Mas’ud An Nadwi, op. cit., hlm. 32-36.
[14]
Adanya gerakan Sosialis Kristiani yang dipimpin oleh dua orang biarawan, yaitu
Fredrick Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya dalam
pertengahan abad kesembilan belas serta menjadi sumber penting untuk
perkembangan organisasi kelas buruh serta sosialis kemudian. Prinsip yang
menjadi pedoman bagi kalangan Sosialis Kristen adalah konsep yang menandaskan
bahwa sosialisme harus dikristenkan dan Kristianitas harus disosialisasikan.
Lihat dalam William Ebenstein & Edwin Fogelman, op. cit., hlm.
219-220.
[15]
Firdaus Syam, op. cit., hlm. 50.
[16]
William Ebenstein & Edwin Fogelman, op. cit., hlm. 222-223.
[17]
Ibid.
[18]
Firdaus Syam, op. cit., hlm. 50.
[19]
Dalam pemilihan umum pasca perang yang diadakan pada tanggal 5 Juli 1945,
partai buruh meraih 394 dari 640 kursi, dengan demikian untuk pertama kalinya
dalam sejarah Inggris pemerintahan Partai Buruh dibentuk dengan mayoritas yang
mantap di Majelis Rendah. Antara tahun 1900 sampai 1918, partai buruh secara
resmi tidak terikat dengan sosialisme, meskipun mereka menghimpun banyak
individu yang berhalauan sosialis. Pada tahun 1918, ketika partai itu mengambil
sosialisme sebagai programnya, komitmennya kepada nasioalisasi industri hampir
penuh. Partai buruh berubah secara drastis pandangannya dan mendorong
nasionalisasi hanya kalau secara pragmatis telah terbukti bahwa
pemilikan oleh negara akan mendatangkan lebih banyak manfaat bagi kemakmuran negara
daripada pemilikan secara perorangan. Lihat dalam William Ebenstein & Edwin
Fogelman, op. cit., hlm. 223 & 229.
[20]
Firdaus Syam, op. cit., hlm. 50.
[21] Abu Ridho,
Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (WAMY, 1999) hlm. 198.
[22] Franz
Magnis-Suseno, Pemikian Karl Marx; Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan
Revisionisme (Jakarta: Gramedia, 2000) hlm. 171.
[23] Titus
Smith Nolan, Persoalan-persoalan Filsafat, Judul Asli: Living Issues
in Philosophy, Seven Edition, D. Van Nostrand Company, New York, 1979.
Penerjemah: Prof. Dr. H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) h. 304-306.
[24] Joseph
Stalin, Dialectical and Historical Materialism (New York: Inter.
Publisher, 1950) h. 8.
[25]
Diambil dari Prinsip-prinsip Komunisme, oleh Frederick Engels, Ditulis pada
Oktober-November 1847, Dari Selected Works, Jilid1, muka surat 81-97,
diterbitkan oleh Penerbit Progress, Moskow; 1969.
[26]
Marx-Engels, Selected Works; Peking, Penerbit Foreign Languages, 1977.
[Mukadimah] Pada tahun 1847, Engels menulis dua program draf untuk Liga Komunis
dalam bentuk soalan bersiri, satu pada bulan Jun dan satu pada bulan Oktober.
Yang kedua, yang dikenali sebagai Prinsip-prinsip Komunis, diterbitkan buat
kali pertama pada tahun 1914. Dokumen Draf Pengakuan Keimanan Komunis yang
lebih awal, hanya dijumpai pada tahun 1968. Ia diterbitkan buat kali pertama
pada tahun 1969 di Hamburg, dengan empat dokumen yang lain berkaitan dengan
kongres pertama Liga Komunis, dalam risalah bertajuk Grundungs Dokumente des
Bundes der Kommunisten (Juni bis September 1847) atau Dokumen
Pengasas Liga Komunis. Di Kongress Liga Keadilan pada bulan Jun 1847, yang
juga merupakan kongres pengasasan Liga Komunis, mereka mengambil keputusan
untuk meluluskan sebuah draf ‘pengakuan keimanan’ untuk diperdebatan oleh Liga
itu. Dokumen yang dijumpai itu sudah pasti merupakan draf ini. Bandingan di
antara dua dokumen itu menunjukkan bahawa Prinsip-prinsip Komunisme merupakan
edisi yang disemak. Dalam Prinsip-Prinsip Komunisme, Engels tidak menjawab tiga
soalan, dalam dua kes dengan nota ‘tidak berubah’ (bleibt); ini jelasnya
merujuk kepada jawapan yang diberi dalam draf awal. Draf baru untuk program ini
diusahakan oleh Engels di bawah arahan badan pemimpin Liga Komunis cawangan
Paris. Arahan tersebut disetujui selepas kritikan tajam Engels pada 22hb
Oktober, 1847 terhadap program draf yang ditulis oleh ‘sosialis benar’ Moses
Hess, yang kemudiannya ditolak. Sambil mempertikaikan Prinsip-Prinsip Komunisme
sebagai draf awal, Engels menyatakan pendapat beliau, dalam surat kepada Karl
Marx bertarikh 23-24hb November 1847, bahwa ia mungkin baik untuk mengetepikan
susunan soalan bersiri dan menulis sebuah program dalam bentuk manifesto.
“Timbangkanlah Pengakuan Keimanan sedikit. Saya percaya kita harus mengetepikan
sususan soalan bersiri dan memanggilkannya: Manifesto Komunis. Kerana sedikit
sebanyak sejarah harus dikaitkan dengannya, cara susunannya sekarang tidak
berapa sesuai. Saya akan membawa apa yang saya sudah selesaikan dengan saya; ia
dalam susunan penceritaan, tetapi tidak ditulis dengan baik, kerana saya
menulisnya dengan cepat…” Pada kongres kedua Liga Komunis (9hb November – 8
Disember 1847), Marx dan Engels mempertahankan prinsip-prinsip saintifik
komunisme dan diberi tugas menulis program dalam bentuk manifesto untuk Parti
Komunis. Dalam menulis manifesto tersebut, pengasas Marxsisme menggunakan
kalimah-kalimah yang ditulis dalam Prinsip-prinsip Komunisme. Engels
menggunakan ungkapan Manufaktur dan usulan seperti itu, yang telah
diterjemahkan sebagai ‘pengeluaran,’ ‘bidang pengeluaran’ dan sebagainya.
Engels menggunakan perkataan ini secara benar, untuk menandakan pengeluaran
dengan tangan, bukannya pengeluaran kilang, yang Engels memberi nama ‘industri
besar.’ Manufaktur berbeda daripada kraftangan (pengeluaran tukang di
pekan-pekan Zaman Pertengahan), di mana kraftangan diusahakan oleh artisan
bebas. Manufaktur diusahakan oleh pekerja yang bekerja untuk pedagang
kapitalis, atau oleh kumpulan tukang kraf yang bekerja di bengkel-bengkel besar
yang dimiliki oleh kapitalis. Oleh kerana itu, ia merupakan keadaan peralihan
di antara kesatuan tukang (kraftangan) dan cara pengeluaran moden (kapitalis).
Dalam karya mereka yang ditulis pada waktu-waktu lain, Marx dan Engels
menggantikan ungkapan ‘penjualan tenaga pekerja,’ ‘nilai tenaga pekerja’ dan
‘harga tenaga pekerja’ yang digunakan di sini dengan ungkapan ‘penjualan kuasa
tenaga pekerja,’ ‘nilai kuasa tenaga pekerja’ dan ‘harga kuasa tenaga
pekerja’ (yang diperkenalkan oleh Marx) yang lebih tepat.
Membantu sangat
BalasHapusIni resensi y gan?
BalasHapusIni resensi y gan?
BalasHapusSaya adalah Ibu Nur Amalina, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka adalah banyak scammers dan pemberi pinjaman pinjaman palsu di internet. Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana Tuhan menolong saya dengan mengarahkan saya kepada pemberi pinjaman asli, setelah itu saya telah scammed oleh beberapa pemberi pinjaman di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan menggunakan teman saya yang kemudian menyebut saya sebagai pemberi pinjaman yang sangat andal bernama Mrs. Charity meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 750 juta rupiah Indonesia (Rp750.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan dan hanya dengan suku bunga 2% saja.
BalasHapusSaya sangat terkejut saat memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya ajarkan dikirim langsung ke akun saya tanpa penundaan. Karena saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, silakan hubungi dia melalui email: (charitywhitefinancialfirm@gmail.com) dan dengan rahmat Tuhan dia tidak akan mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda memenuhi persyaratannya.
Anda juga bisa menghubungi saya di email saya: (nuramalinasofiyani05@gmail.com) Akan melakukan yang terbaik untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya yang saya kirim langsung ke rekening bulanan. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.
kira-kira situasi masyarakat yang menjadi titik tolak pembicaraannya tentang ketidakadilan itu bagaimana? Apakah hanya berkaitan dengan masalah kerja? jika demikian gambarannya kenyataannya seperti apa?
BalasHapusMohon penjelasannya ya....dan kalau ada referensi bisa diberitaukan ya....